Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30, Arka sudah bangun sejak 1 jam yang lalu, setelah memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim ia kembali ke tempat tidur lagi karena masih sangat mengantuk. Arka tahu tanggal-tanggal pertengahan seperti ini Nadine sedang ada tamu bulanan, Arka tahu dari mana? Karena Nadine selalu bangun lebih pagi dari dia setiap harinya dan gadis itu juga selalu menyetel alarm, namun sepertinya hari ini ia sengaja tidak menyetel alarm karena kedatangan tamu tersebut, terlebih tadi malam ia bersama Nadine begadang untuk menyelesaikan tugas mengisi buku perkenalan untuk persiapan LKMM-PD.Hal yang sangat jarang Arka lakukan, bahkan ini yang pertama kalinya, ia menghadapkan tubuhnya ke arah Nadine yang masih tertidur pulas menghadapnya dan memperhatikan gadis yang notabenenya adalah istrinya itu.
Jika diperhatikan secara rinci Arka merasakan ada kegemasan tersendiri melihat Nadine ketika tidur, Nadine tidur menghadapnya sambil memeluk erat boneka kesayangannya sejak kecil. Arka mengetahui hal itu dari Ibu mertuanya yaitu Intan, bahwa Nadine ini tidak bisa tidur jika tidak memeluk boneka kesayangannya. Gadis itu tidak bisa tidur jika tidak ada yang dipeluknya.
Bahkan Intan pernah menceritakan dulu waktu Nadine masih SMP, mertuanya itu mengantar boneka Nadine ke laundry untuk dicuci, karena 2 hari belum selesai dan boneka itu masih ditempat laundry Nadine tiba-tiba sakit, tekanan darahnya sangat rendah dan seperti tidak ada gairah hidup. Malam besoknya Intan menemani Nadine untuk tidur dan memeluk putrinya, dan ajaibnya besok hari Nadine langsung sehat, seperti tidak terjadi apapun.
Ternyata setelah ditelusuri Nadine memang sudah terbiasa tidur dengan memeluk sesuatu, jadi ketika tidak ada yang bisa dipeluknya, gadis itu tidak bisa tidur akhirnya menyebabkan tekanan darah rendah dan sakit.
Dan anehnya lagi, Nadine tidak bisa tidur dengan memeluk guling karena gadis itu merasa guling terlalu kecil untuk dipeluk. Benar-benar aneh pikir Arka.
"sshhh.. " Arka memperhatikan wajah Nadine, ekspresi wajah itu berubah seperti meringis menahan sakit. Arka mewanti-wanti takut gadis itu bangun, ia menyibukkan diri seolah sibuk dengan ponselnya. Dan benar saja, kini Nadine terbangun dengan ringisan pelan.
Tadi sore Nadine baru saja kedatangan tamu bulanan, dan sudah menjadi langganan jika di hari pertama perutnya sangat sakit, bahkan tidak jarang Nadine sampai muntah dan hampir pingsan. Gejala Nadine jika sedang ada tamu bulanan memang separah itu. Ketika dulu ia sempat bereperiksa, dokter menjelaskan bahwa itu hal yang wajar dan banyak juga orang yang mengalami hal yang sama seperti Nadine.
"Kenapa? " Arka menatap Nadine, wajah gadis itu pucat, padahal saat tidur tadi Nadine masih terlihat baik-baik saja.
Nadine hanya menggelengkan kepalanya. Saat seperti ini Nadine benar-benar dalam mood yang buruk, bahkan untuk berbicara pun rasanya sangat malas. Tanpa berkata apapun Nadine langsung menuju lemari untuk menyiapkan keperluaannya kemudian berlalu menuju kamar mandi di kamar mereka.
*
Jam sudah menunjukkan pukul 08.45, Nadine sudah sampai di kelas, jangan ditanya bagaimana Nadine yang masih pincang itu bisa sampai di kelas, siapa lagi yang ia mintai tolong kalau bukan Zira. Jangan pernah berpikir Arka akan berbaik hati menurunkannya di depan gedung kampus lalu membantunya berjalan ke ruang kampus yang letaknya di lantai 3. Tetap saja dengan senang hati pria itu memberhentikan mobilnya di halte.
"Nad, gue lihat-lihat setiap Arka dateng ngga lama juga lo dateng, hampir tiap hari kayak gitu" jiwa kepo Zira sudah mulai meronta, dan sesampainya di tempat duduk Zira langsung mendesak Nadine untuk menjawab pertanyaannya.
Nadine yang sedang dalam situasi tidak menyenangkan, hanya menggeleng lalu menelungkupkan wajahnya di meja. Nadine benar-benar lemas dan perutnya sangat sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...