"Guys gue baru aja dikabarin pak Khoerul, katanya beliau hari ini ngga bisa hadir. Beliau minta ganti hari"Koti (Koordinator tingkat) mata kuliah Aljabar Linear, salah satu mata kuliah di Ilmu komputer baru saja mengumumkan bahwa kelas hari ini diganti, belum sampai 2 minggu berkuliah, ada saja hal-hal yang menguji kesabaran mahasiswa. Contohnya seperti ini. Seharusnya dosen masuk 20 menit yang lalu, tapi beliau baru saja memberitahukan tidak bisa berhadir pada saat mahasiswa sudah berada di kampus.
"Eh bentar dulu, jangan pulang" kali ini Koti angkatan yang berseru lantang di depan kelas, namanya Rendi.
"Kan kemarin kita dikabarin sama ketua Hima briefing LKMM-PD jum'at sore, berhubung hari ini kita free jadi gue udah ngabarin Bang Niko buat dimajuin, 40 menit lagi kita bakalan briefing, di ruangan ini juga."
"Jadi jangan pulang dulu, karena ini wajib. Buat kalian yang mau nyari makan turun aja dulu, nanti jangan lupa jam 9 kesini lagi. Jangan ada yang telat"
Setelah pengarahan singkat dari Rendi, warga Ilmu Komputer angkatan 2020 ini langsung keluar dari kelas, tidak seluruhnya keluar. Ada beberapa yang sibuk mabar.
"Eh makan kuy, gue pagi tadi belum sarapan" Zira sudah siap dengan totebag yang baru saja disampirkan di bahunya.
"Iya ayo, gue juga." sahut Ocha. Ocha ini memang hampir tiap hari tidak sempat sarapan, lebih tepatnya malas masak dan enggan berkeliling mencari makan.
"Iya aku juga tadi kesiangan belum sempat makan" si mungil Rani ini sebenarnya yang paling tertata hidupnya, dia sangat jarang makan di luar, karena dia hobi masak.
"Gue disini aja ya, pagi tadi udah makan. Lagian gue mager kaki lagi gini"
Bagaimana tidak repot dengan keadaan kaki yang masih pincang harus turun tangga 3 lantai. Sedangkan lift hanya untuk dosen, tidak ada lift khusus mahasiswa. Terjadi kesenjangan sosial memang.
Di kelas tertinggal 8 orang. 2 orang cewe, yaitu Nadine dan Salwa, serta 6 cowo. 4 cowo sedang mabar di pojokan sedangkan 2 sisanya adalah Arka dan Alan. Arka juga sudah makan, dan pria itu hanya sibuk memainkan handphonenya.
"Dianggurin aja tuh istri" bisik Alan dengan wajah jahilnya, pria ini ingin menggoda Arka, namun yang jadi target hanya menghiraukan. Alan pun semakin gencar untuk menjahili sepupu tidak asiknya ini.
"Gue samperin ah"
Alan melangkahkan kaki mendekati Nadine, yang hanya berjarak 2 baris dari kursi yang Arka duduki saat ini. Jadi posisi Arka duduknya 2 baris dibelakang Nadine.
"Hei sepupu ipar ku yang cantik" sapa Alan dengan sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Nadine, sengaja ingin melihat respon Arka.
Nadine yang sedari tadi sibuk memainkan handphone berjengit kaget, lalu ia langsung tersenyum ketika mendapati sepupu suaminya itu tersenyum manis sambil sesekali melirik ke belakang, entahlah apa yang dilirik pria itu Nadine pun tidak tau.
"Eh Alan, kenapa?"
"Boleh duduk disini ngga? temen-temen lo masih pada keluar juga kan? "
"Ia duduk aja mereka tadi pada nyari makan"
Keadaan kelas kali ini cukup sepi, tapi terkadang beberapa kali terdengar suara umpatan atau teriakan keras dari pojok, siapa lagi pelakunya kalau bukan 4 sekawan yang hobinya mabar disetiap kesempatan.
Arka masih duduk dengan tenang di kursinya, namun sesekali matanya menatap ke arah depan, lebih tepatnya memperhatikan interaksi antara sepupu jahilnya itu dengan istrinya.
Didengarnya beberapa kali gelak tawa Nadine, bahkan sampai memukul pelan meja di depannya, hal yang sangat jarang dilihat Arka ketika Nadine sedang bersamanya. Tentu saja, bahkan tidak pernah. Mengingat interaksi mereka yang sangat minim, terlebih Arka sendiri yang sering menutup akses agar mereka tidak sering berinteraksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Novela Juvenil"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...