Saat ini Arka dan Nadine sedang berada di jalan menuju ke rumah mereka. Arka hanya fokus menyetir tanpa membuka suara."kamu kenapa?" tanya Nadine melihat wajah Arka yang nampak menahan emosi
Arka hanya menggelengkan kepalanya.
"tapi muka–" belum sempat Nadine menyelesaikan ucapannya, Arka sudah menyelanya.
"diem!" wajah Arka sangat datar, namun terlihat menyimpan emosi di sana.
Nadine yang merasa suasana hati Arka sedang tidak baik memutuskan untuk kembali diam.
Nadine tidak pernah melihat Arka seperti itu, dengan suara tinggi bahkan terkesan membentaknya. Mau menanyakan kembali? nyali Nadine sudah ciut.
Suasana di mobil sangat sepi, tidak ada lagu yang berputar, dan kondisi jalan yang tidak terlalu ramai membuat suasana semakin mencekam. Jalanan yang biasanya terasa dekat, rasanya menjadi sangat jauh ketika dalam suasana seperti ini.
Nadine benar-benar tidak paham dengan Arka, sebenarnya kenapa suaminya itu? apa ia ada salah sehingga Arka marah?
Nadine terus menanyakan itu dalam dirinya, namun tidak mendapatkan jawaban apapun. Bahkan sampai di rumah mereka, Arka langsung turun dari mobil tanpa mengucapkan apapun.
Sesampainya di rumah, tidak ada yang membuka suara. Nadine memutuskan untuk segera membersihkan diri dan menyiapkan keperluan Arka.
***
Waktu menunjukkan pukul 01.00 malam, tiba-tiba Nadine terbangun karena merasa haus, dirasakannya tempat tidur di sampingnya kosong. Tanpa berpikiran macam-macam, gadis itu berjalan menuju dapur dan mengambil menuangkan air ke dalam gelas. Setelah sepenuhnya sadar, Nadine mengedarkan pandangannya ke ruangan yang cukup gelap ini, tidak ada tanda yang menunjukkan bahwa Arka berada di sini.
"Arka ke mana ya" gumam Nadine sambil berjalan pelan menuju garasi mobil, karena hanya ruangan itulah yang belum ia cek. Dan benar saja, sesampainya di garasi pertanyaan yang sejak tadi timbul di benak Nadine sedikit terjawab, pria itu pergi menggunakan mobilnya karena saat ini yang tersisa di garasi hanya motor Nadine.
"Arka ke mana sih malem-malem, mana ngga pamit" dumel Nadine sambil berjalan cepat menuju kamar, ia berniat menghubungi pria itu untuk meminta keterangan.
Beberapa kali berusaha menelpon, tidak ada jawaban. Mengirim chat pun ternyata hanya centang satu. Dengan perasaan yang tak karuan, Nadine mencoba merebahkan tubuhnya berusaha untuk kembali tidur, mungkin saja kan saat ia terbangun nanti Arka sudah kembali ke rumah?
Sudah beberapa jam Nadine berusaha untuk tidur, namun Nadine benar-benar tidak bisa tidur nyenyak semalaman karena memikirkan Arka, kantung matanya nampak sangat jelas bahkan matanya pun begitu sayu. Siapapun yang melihat itu pasti tahu, bahwa ia tida tidur dengan baik semalaman.
Nadine kembali berusaha menghubungi Arka, namun ponselnya tetap tidak aktif. Kemana suaminya itu? tidak biasanya seperti ini. Nadine menyadari sejak pulang dari kampus kemarin, Arka terlihat dalam emosi yang tidak stabil, namun apakah itu penyebabnya?
Mencoba menghalau berbagai pikiran buruknya, Nadine segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap-siap menuju ke kampus.
***
"kenapa muka lesu amat bu?" tanya Ocha melihat Nadine yang baru saja memasuki ruangan dengan kantung mata yang gelap dan wajah tidak bersemangat terlihat bukan seperti Nadine.
"ngga bisa tidur"
"tumben banget, kenapa?"
Nadine hanya mengendikkan bahunya. Ia mengedarkan pandangannya, tidak didapatinya Arka, tidak ada tanda-tanda kehadiran pria itu.
"nyari siapa nad?" tanya Ocha, lagi. Nadine benar-benar berbeda seperti biasanya.
"Zira sama Rani mana?" pertanyaan tersebut terlontar dari mulut Nadine yamg berusaha menutupi kecurigaan Ocha, Nadine tidak ingin Ocha curiga. Cukup Rani yang mengetahui hubungannya dengan Arka.
"Rani kayaknya masih di jalan, Zira lagi ngeprint di sekre" Nadine menganggukkan kepalanya, lalu ia duduk sambil sesekali melirik ke arah pintu, ingin memastikan apakah Arka berhadir pada perkuliahan hari ini atau tidak.
15 menit kemudian, dosen sudah masuk kelas. Tidak ada tanda-tanda bahwa Arka akan masuk. Pria itu tidak pernah terlambat, berbagai pertanyaan kembali bermunculan di pikiran Nadine. Sebenarnya kemana Arka?
***
"Sekarang lo minum obat dulu" ucap seorang pria sambil menyodorkan dua butir obat berwarna putih dan kuning pucat.
"sorry ka gue jadi ngerepotin lo"
"jangan bilang gitu Alika, sudah seharusnya temen saling bantu, kan?" ucap Arka dengan lembut sambil mengusap pelan puncak kepala gadis di depannya.
"Arka, lo beneran ngga kuliah?" Alika benar-benar merasa tidak enak hati, karena dia Arka bahkan berani bolos kuliah.
"sesekali ngga papa, lagian gue juga bisa nitip absen, ngga usah dipikirin" sisi hangat Arka selama ini hanya bisa ia perlihatkan pada orang-orang yang disayanginya. Dan jujur saja, terkadang Arka merasa masih ada penghalang antara dirinya dengan Nadine.
Nadine? mengingat istrinya itu Arka baru menyadari bahwa sejak tadi malam ia tidak memberikan kabar apapun. Handphonenya sejak kemarin juga kehabisan daya, sedangkan charger Alika berbeda tipe dengan milik Arka.
"Arka, tolong jagain mama gue sebentar ya. Gue mau ke bawah nyari makan" ucap Alika yang mampu membuyarkan lamunan Arka
"biar gue aja yang beliin, lo masih sakit takutnya pusing gara-gara kebanyakan jalan. Kalo tambah sakit nanti siapa yang mau jagain mama lo?"
Akhirnya Alika menyetujui, Arka pun segera berjalan menuju kantin rumah sakit.
Beberapa menit setelah Arka keluar ruangan, tiba-tiba handphone Alika bergetar lama yang menandakan ada telpon masuk. Melihat nama yang tampil di handphone, dengan segera Alika mengangkat panggilan tersebut.
"halo, kenapa sayang ?"
Bersambung...
.
.
.Sorry guys lama bangett ngaretnyaa😢 gimanaa nih? kangen ngga sama Ardine? Harus komentar yang banyak loh yaa biar aku lebih semangat lagi update chapter selanjutnyaa 😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...