Hari terus berjalan, tak terasa satu minggu berlalu. Hari ini adalah hari pertama Nadine dan teman-teman kelas A nya praktikum fisika. Jujur saja sebenarnya Nadine sangat tidak menyukai mata kuliah ini, sejak SMP pun ia sudah tidak suka dengan fisika, dan Nadine bersyukur setidaknya fisika hanya 2 sks materi dan 1 sks praktikum.Kemarin ia begadang karena mengerjakan laporan awalnya. Syarat mengikuti praktikum adalah menyelesaikan laporan awal serta menggunakan jas lab. Jangan harap Arka akan membantunya, pria itu tadi malam malah menginap di apartemen teman nya untuk menyelesaikan project.
Pagi tadi pun Nadine berangkat sendiri menaiki motor kesayangannya, karena Arka dari apartemen temannya langsung ke kampus, bahkan Nadine melihat pria itu hampir terlambat.
Setelah memasuki ruang laboratorium, mereka sudah menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok praktikumnya berbeda, dan kelompok Nadine hari ini kena giliran praktik rangkaian RLC. Mereka memulai dengan berdo'a dilanjutkan dengan pengumpulan laporan awal, setelah itu Asisten dosen memberikan soal pre-test yang hanya diberi waktu 10 menit untuk mengerjakannya. Setelah Pre-test selesai, Asisten dosen mulai menjelaskan dan mencontohkan rangkaiannya.
Setelah itu mereka disuruh untuk merangkai sendiri, padahal sedari tadi Nadine dan teman-teman kelompok nya sudah memperhatikan dengan seksama, tetapi tetap saja ketika disuruh merangkai mereka kebingungan bahkan hanya 1 orang yang ingat, itupun tidak ingat secara keseluruhan.
Ketika Nadine mengedarkan pandangannya ke kelompok lain banyak juga teman-temannya yang kebingungan dalam mengerjakan praktikum ini, perhatian Nadine teralihkan kembali pada kelompoknya ketika Asisten dosen materi RLC membuka suara.
"kaka minta satu orang buat bikin laporan sementara, jadi data yang kalian dapatkan masukkan di lapsem itu, setelah selesai praktikum teman-teman yang lain langsung salin hasilnya dan kumpulkan ke saya sebelum keluar dari laboratorium"
"gue aja ya?" pinta Nadine dengan senyum manis yang di imut-imutkan, berharap teman-temannya menyutujui.
Anggota kelompoknya setuju ketika Nadine mengajukan diri, alhasil Nadine langsung saja mengambil double polio yang sebelumnya ia bawa dan mulai mencatat format yang sudah diberikan oleh asisten dosen sebelumnya.
"Panji lo yang bener masang kabelnya" ucap Dion, pria galak nan menyebalkan yang kalo ngomong selalu nge-gas, ngga pernah santai. Meskipun bercanda tapi nada bicaranya tetap saja nge-gas. Membuat orang yang berhadapan dengan Dion ingin menghabisinya hidup-hidup.
"eh lo kali bantuin, kontribusi apa lo di kelompok bisanya cuman ngerecokin Panji" balas Nadine dengan sewotnya, beberapa kali berinteraksi dengan Dion membuat Nadine sangat geram bahkan kesal dengan pria itu, rasanya ingin selalu membalas perkataan dari mulut pedas Dion yang selalu membuatnya naik darah.
"lo juga kan akal-akalan doang milih nulis laporan sementara biar ngga ikut kerja, tau gue modelan kayak gini" tuh kan, mulut Dion ini memang ngga pernah disaring, cabe level seratus, sangat-sangat pedas dan menohok.
"li jigi kin ikil-ikilin milih nilis lipirin simintiri biir nggi ikit kirji" ucap Nadine pelan namun masih di dengar oleh Dion dan anggota kelompoknya yang lain, gadis itu masih melemparkan tatapan pertanda peperangan. Sebenarnya Nadine tidak se bar-bar ini, namun jika berhadapan dengan orang-orang yang menyulut emosinya, gadis itu langsung terpancing.
"kawan-kawan ku tersayang, udah ya. mending selesain dulu ngerangkai kabelnya, kelompok lain percobaannya udah jalan dari tadi" kalo ini namanya Ayra, gadis pintar yang ngga kalem banget, tapi selalu tertata dan menenangkan teman-temannya yang lain ketika anggota kelompok nya ini mulai bar-bar di atas batas wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...