Hari yang dinanti oleh Nadine telah tiba, saat ini Arka dan Nadine baru saja sampai di pekarangan rumah Nadine. Setelah Arka mematikan mesin mobilnya. Nadine segera keluar dari mobil dan langsung berlari menuju rumahnya. Ternyata, di teras rumah sudah ada Intan–ibu dari Nadine– yang duduk dan tersenyum tipis ketika melihat kelakuan anak semata wayangnya yang tidak pernah berubah itu."Alhamdulillah, anak dan menantu ibu sudah datang"
Nadine langsung mencium tangan Intan dan memeluk erat wanita yang telah melahirkannya itu. Beberapa bulan tidak bertemu, membuat Nadine sangat merindukan ibunya.
"Ucap salam dulu Adine" ucap Intan sambil mengelus pelan punggung Nadine.
"Hehe iya maaf bu, Nadine udah kangen banget sama ibu"
"Bapak mana bu?" tanya Nadine masih dengan posisi memeluk erat Intan.
"Bapak lagi menghadiri rapat di rumah pa RT"
Tak berapa lama, Arka menyusul dengan menarik sebuah koper yang berukuran tidak terlalu besar.
"Lepas dulu din, kamu ngga malu sama suami mu, udah nikah masih manja sama ibu" Nadine menguraikan pelukannya. Ia baru menyadari bahwa ada Arka yang sedari tadi berada di belakangnya. Nadine sangat malu karena secara tidak langsung menunjukkan tingkah manjanya kepada Arka.
"Assalamu'alaikum bu" ucap Arka sambil mencium punggung tangan mertuanya.
"Wa'alaikumussalam, ayo masuk" Arka dan Nadine pun berjalan memasuki rumah kediaman orangtua Nadine.
"Kamu jangan sungkan ya nak, anggap rumah sendiri" ucap Intan sambil sambil menepuk bahu Arka pelan
"Iya bu"
Nadine hanya diam, melihat interaksi antara mertua dan menantu itu.
"Bu, Nadine sama Arka ke kamar dulu ya. Mau naruh barang-barang"
"iya, kalian istirahat saja dulu"
"Siap bu" jawab Nadine, sedangkan Arka hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.
Sesampainya di kamar Nadine, Arka segera merebahkan tubuhnya di kasur. Sedangkan Nadine mengeluarkan isi koper yang mereka bawa untuk dipindahkan ke dalam lemari.
Jika Nadine belum menikah, mungkin ia akan seperti Arka saat ini. Ketika sampai rumah, langsung merebahkan diri di kasur yang empuk. Namun semenjak menikah ia selalu dinasehati oleh ibunya.
"Kalau sudah nikah, kamu harus mengesampingkan urusan kamu. Harus memprioritaskan keluarga, apalagi mengurus keperluan suami, itu prioritas utama bagi seorang istri. Pahalanya besar"
Mengingat nasehat itu, ketika Nadine ingin berleha-leha ia segera bangun dan mengurungkan niatnya. Karena saat ini ia bukan hanya mengurus dirinya sendiri, tetap juga mengurus segala keperluan suaminya.
Beberapa menit keadaan hening, hanya ada suara jam dinding yang berdetak, dan sesekali suara lemari yang berderit karena Nadine yang membukanya.
"Kamu mandi dulu sana, biar nanti abis beres-beres aku yang mandi" ucap Nadine tanpa menoleh ke arah Arka.
Tidak ada sahutan. Nadine menoleh ke kasur dan didapatinya Arka yang tertidur dengan pakaian yang masih lengkap seperti mereka berangkat tadi. Nadine menghembuskan nafasnya pelan, membiarkan suaminya itu beristirahat masih dengan pakaian lengkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...