17. Cemburu

5.5K 414 7
                                    

"Kelompoknya sudah saya bagikan, jadi kalian bisa diskusikan dengan teman kelompok, deadlinenya besok pagi jam 8, kumpulkan di e–learning." ucap ibu Sri, dosen mata kuliah Aljabar Linear yang dikenal begitu tegas dan selalu membuat mahasiswa kerepotan dengan tugas-tugas yang beliau berikan.

"Minggu depan, dipertemuan selanjutnya beberapa kelompok akan saya pilih untuk presentasi, jadi persiapkan sebaik mungkin"

"Apakah ada yang ingin ditanyakan ?" keadaan kelas hening, tidak ada yang menyahut. Keadaan kelas selalu seperti ini jika dosen tegas seperti ibu Sri yang mengisi perkuliahan, lain halnya ketika dosen yang lebih friendly, ketika mengisi perkuliahan mahasiswanya lebih aktif dalam bertanya.

"jika tidak ada, maka kelas saya akhiri. Selamat siang"

"Siang bu" setelah ibu Sri keluar dari kelas, mahasiswa langsung merapikan alat tulis dan beberapa memutuskan untuk keluar kelas, namun kebanyakan masih bertahan untuk mendiskusikan tugas kelompok.

"Ibu Sri makin ngadi-ngadi aja, kalo dikasih tugas kelompok tuh harusnya 1 minggu kek waktunya, lah ini ngga nyampe 24 jam. Ngga ada akhlak banget" maki Zira, ia selalu meledak-ledak jika ada tugas dengan deadline cepat seperti ini.

"kurang-kurangin deh ra lo tuh caci maki dosen, takutnya ntar kualat" ucap Nadine, gadis itu mengecek handphone, ternyata sudah ada yang membuat grup untuk kelompok mereka.

"Iya deh bu Nadine, ngga lagi gue" balas Zira

"eh btw lo satu kelompok sama dadan ya ?" tanya Ocha yang sedari tadi mengecek tabel pembagian anggota tiap kelompok. Setiap kelompok pasti mengharapkan satu kelompok dengan Arka, karena Arka dianggap sebagai aset kelas yang paling bisa diandalkan.

"Hah seriusan Nadine sama dadan? enak banget dong, dadan kan pro dalam segala bidang, sambil ngedip juga selesai kali tugas kalian"

Nadine tertawa kecil mendengar penuturan Zira.

"heh mana ada tugas sambil ngedip langsung jadi" sahut Nadine masih dengan tawa kecil

"kamu satu kelompok sama Adara juga ya?  itu deket pintu keluar ada Arka, Adara, sama Dion. Kayaknya kelompok kamu udah mau diskusi" ucap Rani sambil menunjuk ke arah pintu, Nadine pun menoleh, di dapatinya Arka yang berdiri dengan 2 teman kelompoknya, yaitu Adara dan Dion

"iya ran, yaudah ya guys gue mau kesana dulu" ucap Nadine, lalu berjalan menuju dekat pintu dimana ada Arka, Adara, dan Dion.

"eh sorry gue telat" ucap Nadine berdiri di samping Dion yang berhadapan langsung dengan Arka.

"Ngga papa kok nad, kita juga baru ngumpul. masih nungguin Salwa juga nih" ucap Adara dengan suara lembutnya. Adara ini memang cewek feminim yang manis banget kalo ngomong, jadi jangan heran kalo banyak cowo di kelas yang ngincer Adara.

"Dasar tukang ngaret" ucap Dion dengan sarkas, ingatkan? Dion yang selalu membuat orang darah tinggi karena omongan nyablaknya.

"Kenapa lo sensi banget sih, Adara sama Arka aja santai" Nadine menghiraukan imagenyadi hadapan Arka, yang penting bisa melawan Dion terlebih dahulu. Kalo didiamkan, tipe tipe seperti Dion ini akan ngelunjak.

"Mereka itu kesel juga kali sama lo, cuman ngga ngomong aja" kan? siapa yang tidak emosi ketika dihadapkan dengan orang seperti ini.

"Udah ah, capek ngomong sama lo. Buang-buang tenaga, mending sambil nungguin Salwa, kita diskusi dulu dikit, biar nanti bisa langsung ngerjain"

"iya, kita duduk disana dulu yuk, biar ngga berdiri gini ngobrolnya" ucap Adara sambil menunjuk kursi panjang yang terletak di dekat tangga menuju lantai 2, ruang kuliah mereka berada di lantai 3.

ARDINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang