19. Terimakasih dan Maaf

4.5K 370 10
                                    


Arka terpenjat ketika merasakan getaran pada ponselnya, ketika melihat sang penelpon, Arka kaget, tak biasanya Alika menelponnya semalam ini. Tanpa berpikir panjang, Arka langsung beranjak dari sofa, dan melangkah sedikit menjauh dari Nadine.

"Arka" suara Alika diseberang sana terdengar lirih

"hikss"

Belum sempat Arka menjawab, Arka lagi-lagi dikejutkan dengan suara isakan, pria itu mendadak panik. Tidak biasanya gadis itu menangis, karena Alika yang Arka kenal tidak pernah menangis di hadapannya.

"kenapa lika?" tanya Arka dengan suara lembut, mencoba untuk menutupi rasa paniknya.

"jemput gue di rumah ka, hikss.. hikss.."

"lo tenang, sebentar lagi gue langsung ke rumah lo"

"ja.. hikss jangan lama"

Arka langsung mematikan telponnya, lalu ia menghampiri Nadine untuk memberitahu ada gadis itu bahwa ia akan pergi.

"Aku keluar dulu ya, ada project mendadak. Kamu ngga usah nunggu aku, langsung tidur aja" Arka terpaksa berbohong, karena sampai saat ini ia masih bingung dengan perasaannya.

Disatu sisi ia sudah begitu nyaman dengan Nadine, bahkan Arka yang awalnya sangat tertutup bahkan dengan orangtuanya sekalipun, bisa mulai terbuka dengan Nadine. Namun ketika ia dihadapkan dengan situasi seperti ini, Arka juga tidak dapat mengelak bahwa ia masih benar-benar peduli dengan Alika, ia tidak dapat menutupi rasa khawatirnya terhadap gadis itu.

Tanpa menunggu balasan dari Nadine, Arka berjalan cepat untuk mengganti baju dan mengambil jaket serta dompet dan handphonenya.

...

Arka baru saja tiba di depan rumah Alika, pagar rumah yang terbuka membuat Arka lebih mudah masuk hingga ke halaman rumah. Ketika ingin menghubungi Alika, ternyata gadis itu sudah mengirimkan pesan padanya bahwa ia berada di dalam, dan Arka disuruh untuk langsung masuk.

Sebelum Arka masuk, pria itu sempat mengetuk pintu, sejak kecil ia dididik dengan disiplin, selalu diajarkan tata krama dan sopan santun ketika bertamu ke rumah orang lain.

Karena tidak ada sahutan, Arka pun membuka pintu rumah dengan pelan, ia ragu. Karena untuk pertama kalinya ia masuk ke rumah orang lain tanpa dibukakan pintu oleh tuan rumah.

Arka terkejut begitu melihat kondisi ruang tamu Alika yang begitu kacau, pecahan vas bunga yang berserakan di lantai, bahkan ada sedikit genangan air di dekat pecahan vas tersebut.

Dengan jantung yang berdetak kencang, Arka memberanikan diri untuk melangkahkan kaki menuju kamar Alika yang terletak di lantai 2, ia khawatir dengan keadaan gadis itu, terlebih ketika Alika menelponnya dengan keadaan menangis.

"Arka" ketika Arka membuka pintu kamar Alika, Alika langsung menubruk tubuhnya dan memeluk Arka dengan erat, menangis sesenggukan dengan tubuh yang bergetar.

Arka diam, ia sangat kaget dengan pelukan tiba-tiba dari Alika, akhirnya Arka pun mengusap pelan punggung Alika, mencoba menenangkan gadis itu. Setelah Alika cukup tenang, Arka membawa gadis itu untuk keluar, mungkin dengan merasakan angin dan melihat pemandangan di luar, akan membuat gadis di depannya ini lebih tenang.

...

Arka memutuskan untuk membawa Alika ke taman yang letaknya tidak jauh dari rumah Alika, Arka pikir gadis itu perlu untuk menenangkan diri di tempat yang terbuka.

ARDINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang