"huekk huekk" saat baru saja sadar, Nadine langsung berlari bahkan dalam keadaan kaki yang sedikit pincang ke kamar mandi dengan langkah yang masih sempoyangan. Nadine memang selalu mual jika asam lambungnya sedang naik, namun tidak ada yang bisa dikeluarkan karena perutnya benar-benar kosong.Arka yang sedari tadi memainkan laptopnya di sofa kamar, menoleh ke arah kamar mandi ketika mendengar suara Nadine yang sedang mual. Namun pintu kamar mandi itu ternyata tertutup rapat, dan mungkin saja dikunci oleh Nadine dari dalam.
Tak berapa lama Nadine keluar dengan langkah lunglai, Arka langsung saja merangkul Nadine, lebih tepatnya memapah gadis itu agar bisa kembali ke tempat tidur.
Baru saja Nadine bersandar di kepala tempat tidur, tiba-tiba gadis itu menarik tangan Arka yang ingin beranjak meninggalkannya.Sebenarnya Arka hanya ingin ke bawah untuk mengambil piring dan memanaskan makanan yang sebelumnya dibelikan oleh teman-teman Nadine, tetapi Nadine malah takut ditinggal sendirian dengan kondisi seperti ini.
"Disini aja" ucap Nadine dengan suara lemah, lalu menarik Arka untuk duduk disampingnya, dan tanpa diduga Nadine menyandarkan kepalanya ke bahu kokok Arka. Arka benar-benar tersentak kaget, karena Nadine yang dikenalnya selama ini, tidak pernah seperti ini. Bahkan Nadine biasanya cenderung enggan untuk urusan kontak fisik seperti ini dengan pria.
Jujur saja, Arka merasa ada gelanyar aneh pada perasaannya, rasanya ada yang menghangat dan nyaman ketika ia berada di posisi seperti ini.
"makan dulu" setelah beberapa menit Arka membiarkan Nadine menenangkan dirinya yang barangkali masih pusing sehabis berjalan tadi, akhirnya Arka membuka suara, ketika menoleh didapatinya Nadine sedang terpejam dan masih bersandar nyaman di bahunya.
"Adine" Arka menepuk pelan wajah Nadine yang rasanya begitu lembut dan halus, Arka benar-benar betah dan tanpa sadar malah mengelus pipi Nadine.
Setelah beberapa kali berusaha membangunkan Nadine, gadis itu pun terbangun.
"Makan dulu" Nadine menggeleng, saat seperti ini jika ia makan akan terasa sangat pahit dan ketika diisi pun perutnya semakin tidak enak, bahkan bisa kembali mual.
"mual banget" Nadine semakin merapatkan dirinya ke Arka. Karena menurut Nadine aroma parfum yang menempel pada tubuh Arka begitu menenangkan. Ia tidak peduli Arka menilainya seperti apa, bahkan dianggap cewe agresif sekalipun. Toh Arka suaminya kan?
"perut kamu harus diisi, dikit aja" Arka masih memaksa gadis itu untuk makan, tentu saja Arka benar-benar khawatir, bagaimanapun gadis yang sedang bersandar kepadanya ini adalah tanggungjawabnya, perempuan yang harus ia jaga dengan baik.
Akhirnya Nadine pun mengalah, membiarkan Arka beranjak dari tempat tidur mereka dan berlalu menuju ke lantai dasar. Ketika melihat jam dinding yang berada di kamar mereka, ternyata sudah menunjukkan pukul 11.40 malam, apakah Arka sengaja tidak tidur untuk menunggunya sadar?
Tiba-tiba Nadine teringat, siapa yang membawanya kesini? hal terakhir yang ia ingat sebelum tidak sadarkan diri adalah ada seorang pria yang mengangkat tubuhnya di pinggir lapangan kampus, Nadine merasa bahwa aroma pria yang mengangkatnya di kampus sangat mirip dengan parfum yang melekat pada tubuh Arka, jujur saja selama beberapa bulan pernikahan mereka, baru pertama kali Nadine sedekat ini dengan Arka, maksudnya dekat dalam konteks kontak fisik, karena parfum Arka tidak tercium jika dengan jarak yang tidak terlalu dekat sehingga Nadine baru mengenal aroma parfum Arka yang ternyata benar-benar membuatnya nyaman. Mungkin pria itu sengaja mencari parfum yang tahan lama tetapi tidak terlalu tajam dan mencolok. Nadine benar-benar suka aroma itu.
Setelah beberapa saat menunggu, Arka datang dengan nampan yang berisi makanan dan air putih. Setelah itu Nadine langsung mengambil piring tersebut, ia tidak ingin sampai Arka menyuapinya, toh yang sakit hanya perutnya, Nadine tidak selemah itu sehingga sampai disuapi.
Ia hanya tidak ingin seperti anak kecil. Padahal disuapi ketika sakit adalah hal yang wajar, tapi karena dari dulu ia sering diledek bapak dan ibunya karena terlalu manja ketika sakit, sehingga sekarang Nadine ingin membuktikan bahwa ia tidak manja.
Arka sempat terkejut ketika melihat Nadine yang langsung mengambil piring yang baru saja ditaruhnya di meja samping ranjang, namun Arka kembali mendatarkan ekspresi wajahnya. Setelah itu Arka duduk di sofa, kembali menyalakan laptopnya.
Beberapa saat kemudian, Nadine menaruh pelan piring yang masih berisi ½ makanannya ke atas meja. Perutnya tidak nyaman, jika dipaksakan menghabiskan makanan itu, ia takut muntah. Jadi Nadine hanya diam sambil memejamkan matanya sejenak, mencoba menenagkan perut nya yang sedikit bergejolak.
Arka yang merasa tidak ada lagi suara dentingan sendok, menoleh ke arah Nadine. Lagi-lagi Arka disuguhkan dengan pandangan yang tidak disukainya yaitu melihat Nadine kesakitan.
Arka pun berjalan mendekati Nadine dan menepuk pelan bahu gadis itu.
"kenapa" tatapan Arka begitu intens menatap gadis itu, namun Nadine yang sejak tadi hanya menunduk sambil mengelus pelan perutnya tidak menyadari itu.
"perut aku sakit Arka" suara Nadine terdengar seperti seorang anak yang merengek kepada orangtuanya. Tanpa disadari oleh Nadine, Arka tersenyum tipis mendengar suara gadis itu, sangat lucu pikir Arka, namun lagi-lagi Nadine tidak mengetahui itu.
Setelah itu Arka mengambil minyak kayu putih untuk dibalurkan diperut Nadine, supaya lebih hangat dan lebih enakan.
"aku buka ya" Nadine langsung bergerak sedikit menjauh dari Arka ketika tangan pria itu sudah hampir menyingkap bajunya.
Arka menahan kekehennya ketika melihat Nadine yang sedikit ketakutan itu, pria itu benar-benar menikmati ekspresi ketakutan Nadine yang menurutnya sangat menggemaskan. Hei ada apa dengan Arka? kenapa ia merasa akhir-akhir ini begitu suka memperhatikan dengan detail semua tentang Nadine?
"biar enakan" jujur saja, ini baru pertama kali Arka memberikan perhatiannya kepada orang sakit, biasanya jika orangtuanya sakit, selalu ada kakak laki-lakinya yang memang notabenenya adalah seorang dokter merawat dengan baik kedua orang tua mereka tersebut. Sedangkan Arka biasanya hanya menemani sebentar, tidak secekatan kakaknya itu dalam merawat orang sakit.
Melihat keterdiaman Nadine, Arka segera menaiki ranjang dan membenarkan posisi Nadine agar bisa tiduran dengan posisi nyaman. Setelah itu Arka menyingkap sedikit baju Nadine agar bisa membalurkan minyak kayu putih di sekitar perut istrinya itu.
Ingat, Arka pun seorang pria normal. Pria itu berusaha agar pikirannya tidak kemana-mana, dengan cekatan setelah Arka membalurkan perut mulus Nadine yang sangat menggoda iman pria itu, Arka pun mengembalikan posisi baju Nadine yang tersingkap seperti semula.
Tidak jauh dengan Arka, Nadine juga benar-benar gugup ketika tangan kekar suaminya itu menyentuh permukaan perutnya. Percayalah, Arka adalah pria pertama yang menyentuh tubuhnya seintens ini, meskipun sebagian orang beranggapan bahwa merangkul dan memeluk pinggang adalah hal yang wajar dilakukan oleh pria dan wanita tetapi Nadine benar-benar tidak pernah merasakan hal itu. Sejak dulu didikan orangtuanya mengenai berhubungan dengan lawan jenis sangatlah keras, sehingga Nadine benar-benar tidak terbiasa dengan hal seperti ini.
Tetapi Nadine benar-benar tidak bisa menahan diri ketika sakit seperti ini, Nadine sangat ingin memeluk pria itu, lebih tepatnya masuk ke dalam dekapan Arka yang sepertinya begitu menyenangkan dan menenangkan. Anggap saja seharian ini Nadine mabuk, seolah tidak sadar apa saja yang ia lakukan seharian ini, dan ketika besok tiba ia seolah tidak ingat apa-apa.
"Arka peluk" jangan hujat Nadine teman-teman, salahkan kondisinya yang sedang seperti ini sehingga membuatnya benar-benar ingin dimanja.
Setelah menaruh minyak kayu putih ke meja, Arka pun membaringkan tubuhnya dan menghadapkan tubuhnya ke arah Nadine yang sedari tadi sudah memiringkan tubuhnya menghadap Arka, lalu Arka melingkarkan tangannya ke tubuh Nadine, kedua insan itupun terhanyut dalam posisi ini, mereka sama-sama merasakan sebuah kenyamanan, entah setelah pagi menyapa, apakah mereka masih sehangat ini atau kembali seperti semula seolah tidak terjadi apa-apa.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDINE
Teen Fiction"Nak, dari dulu kan kamu pengin kuliah di kota, Bapa juga maunya begitu. Tapi bapa sama Ibu tidak bisa menemanimu disana." "Nadine ngga papa kok pak kalau sendirian di sana." "Bahaya anak perempuan di kota tidak ada yang menjaga. Ini juga demi kebai...