٣٩. Misteri

34 8 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ada banyak sekali hal yang di luar pengetahuan kita, semuanya misteri, dan satu detik ke depan pun adalah misteri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada banyak sekali hal yang di luar pengetahuan kita, semuanya misteri, dan satu detik ke depan pun adalah misteri."

📌Nadhran

💐Selamat membaca💐
💐Silmi S Nurfadilah 💐

___

Seseorang menatap rumah Nadhira dari kejauhan, kemudain ia tersenyum puas, tapi semua itu belum berakhir. Semua ini hanyalah awal, dan suatu saat nanti pasti akan ia tuntaskan semua.

Seperti biasa pada sore menjelang malam, seseorang itu akan memantau rumah Nadhira, ia punya misi tersendiri untuk meluapkan apa yang ia rasakan. Tatapan yang sendu, semua telah sirna. kini, berganti dengan tatapan tajam yang mengisyaratkan sebuah kebencian. Sekali lagi seseorang itu tersenyum, bukan senyuman seperti biasanya, melainkan senyuman miring.

Saat hari beranjak gelap, sesorang itu bergegas pergi, ia tidak mau sampai ada orang yang melihatnya di sana. Ia selalu memakai jaket hitam dan juga masker agar tidak ada orang yang mengenalinya.

***

"Permisi," kata Nadhran setelah sampai di percetakan. Di sana tidak ada siapapun, pintunya pun tertutup rapat.

Saat ini jarum jam bertengger pada angka delapan malam. Nadhran masih setia menunggu di depan percetakan tersebut. Di tangannya terdapat undangan yang ia ambil beberapa hari yang lalu, Nadhran sangat berpikir keras, mengapa hal ini bisa terjadi.

Terdengar suara pintu terbuka, dan keluarlah seorang pemuda yang memakai topi, kebetulan orang itu adalah orang yang tempo hari bekerja di sini.

"Permisi, Mas." Sekarang Nadhran sedikit lega.

"Eh, iya, ada apa?" tanyanya ramah.

"Emm, ana mau tanya, kalau ini bisa diperbaiki gak, ya?" Nadhran menunjukan undangan.

"Diperbaiki bagian mananya?"

"Nama mempelai wanitanya, Mas," jawab Nadhran.

Pegawai itu mencoba melihat letak kesalahan dari undangan tersebut.

"Ini, 'kan udah dibenerin waktu itu," katanya. Nadhran diam beberapa saat, setelah itu ia mulai mencerna perkataan pegawai tadi.

"Maksudnya gimana, Mas?"

Pegawai tadi meminta untuk berbincang di dalam toko percetakan, Nadhran menyanggupinya. Mereka berdua duduk, kemudian pegawai itu mulai menjelaskan.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang