🍂بسم الله الرحمن الرحيم 🍂
"Jangan sampai ketika marah syetan mengambil celah lalu menguasaimu. Saat marah cobalah menghindar, cari ketenangan, dan ingatlah kebaikan dari orang yang membuatmu marah. In syaa Allah setelah itu marahmu akan hilang."
📌Nadhran
🍂Selamat Membaca🍂
🍂SilmiSNurfadilah🍂___
Kakinya melangkah begitu cepat, pemuda itu berlari seakan ingin meninggalkan kenyataan. Haruskah ia marah saat ini? Haruskah ia menyalahkan taqdir?
Suatu hal yang tidak diketahui adalah rahasia, tapi jika rahasia itu menyangkut orang yang ia sayangi apakah hal itu wajar? Sejak kapan Sinta menyembunyikan hal itu dari Nadhran? Dan mengapa ia melakukannya?
Sinta mengejar dari belakang, tetapi Nadhran telah teramat jauh di depannya. Bahkan kini Nadhran telah hilang dari pandangannya.
Nadhran memilih untuk sendiri saat ini, ia ingin menenangkan pikirannya, entah mengapa ia malah pergi ke mesjid yang di mana tempat itu pernah menjadi saksi atas hari bahagianya beberapa minggu lalu. Ya, itu adalah mesjid yang terletak tidak jauh dari rumah Nadhira.
Jarak antara rumah sakit dengan mesjid ini cukup jauh, tadi Nadhran mengendarai motornya dengan perasaan yang kalut. Namun, untung saja Allah masih menjaganya. Tidak terbayang jika suatu hal yang buruk menimpanya.
Sedangkan Sinta tertunduk lesu, ia tak mampu lagi mengejar sang putra, ia pun memutuskan untuk kembali ke ruangan di mana Nadhira dirawat.
Qisti dan Nadhira menampakan wajah bingung sekaligus khawatir, Qisti menyambut baik kedatangan Sinta dengan rangkulan. Sinta tak mampu lagi menahan air mata, kesedihan menyeruak dalam hatinya.
"Ada apa ini Sinta?" tanya Qisti dengan lembut. Tidak ada jawaban dari sana.
"Duduklah," pinta Qisti. Sepertinya saat ini Sinta tidak bisa menjelaskan semua.
Sinta menuruti hal itu, dan Nadhira mencari keberadaan Nadhran, matanya melihat ke arah pintu, berharap Nadhran ada di sana.
"Ke mana Nadhran?" Nadhira bergumam pelan, tetapi masih didengar oleh Sinta. Ia semakin sedih.
"Dia pergi," lirih Sinta dengan suara yang sedikit gemetar.
Nadhira merasa tidak enak, ia malah membuat Sinta makin sedih.
Tak lama dari itu, Rendri datang, ia masuk ke ruangan tersebut dengan memberi salam. Seisi ruangan itu menjawabnya, tetapi raut wajah mereka nampak muram, ada apakah ini? Begitulah mungkin yang Rendri pikirkan.
Nadhira sedari tadi menahan sakit di kepalanya, semakin hari bukannya semakin membaik, ini malah kebalikkannya.
"Ada apa ini?" tanya Rendri mengeluarkan isi kepalanya. Ia sedari tadi bingung dengan raut wajah mereka.
"Bu Sinta, apa kabar?" Rendri kembali bertanya setelah menyadari ada Sinta di sini.
Sinta memaksakan diri untuk tersenyum. "Alhamdulillah," jawabnya.
Qisti merasa suasana semakin tidak enak, ia langsung memutuskan untuk mengajak Sinta keluar sebentar.
"Bi, Ummi sama Bu Sinta mau keluar dulu, ya. Abi tolong jagain Nadhira sebentar," tutur Qisti.
Sebenarnya Rendri ada suatu pembahasan yang penting mengenai keadaan Nadhira saat ini, tapi lebih baik nanti saja. Rendri pun merasa situasi saat ini memang sedang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADHRAN (Open PO) In syaa Allah
Random⚠️Sebagian part akan dihapus untuk kepentingan penerbitan. ⚠️ Apa yang kalian pikirkan pertama kali jika mendengar kata "Cinta"? Apa? Pacaran? Yakin Cinta itu hanya identik dengan pacaran? Sebuah kisah yang dirangkai untuk sang pencari cinta. Kisah...