١٧. Memperjuangkan Takdir Baik

53 32 30
                                    

❣بسم الله الرحمن الرحيم❣

"Apa salahnya ketika kita berjuang? Apa salahnya ketika kita berharap atas taqdir yang baik? Semoga ... Allah berkenan mengembalikanmu."

⚬Selamat membaca⚬(💗 📖)
🔱SilmiSNurfadilah

___

"Ummi ...."

"Nadhran?"

"Iya Ummi, ini Nadhran."

Dengan cepat Sinta memeluk orang yang sangat ia rindukan.
Tangisan hadir dalam pelukan itu, rasa sedih kini hilang dan berganti dengan rasa bahagia.

Walaupun air matanya kini menetes, itu adalah air mata kebahagiaan, bukan kesedihan.

"Kamu kemana saja, Nak?"

"Kamu gak papa?" lanjut Sinta bertanya, ia melepas pelukan itu dan menatap dengan lekat dua bola mata anaknya.

"Ummi," panggil Nadhran lirih.

"Jaga diri Ummi baik-baik ya," pintanya.

Sinta kembali memeluk Nadhran, ia tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Nadhran.

Tiba-tiba saja Nadhran hilang dalam pelukannya, mata Sinta mencari ke semua penjuru rumahnya, ia menelusuri sudut demi sudut yang ada.

"Nadhran?" panggilnya.

"Kamu di mana, Nak?"

"Nadhran!" teriak Sinta.

"Istighfar, Sinta ... istighfar," ujar seseorang.

Sayup-sayup terdengar seseorang berkata demikian, perlahan ia tersadar, ternyata tadi semua hanyalah mimpi.

Ada apa ini ya Allah? Kenapa hamba bisa bermimpi seperti itu? batin Sinta risau.

"Kamu kenapa, Sinta?" tanya Ratna khawatir.

Sinta membuka mata secara perlahan, matanya mulai menerima cahaya lampu yang ada.

Penglihatannya yang buram kini semakin jelas.

"Nadhran mana?" tanya Sinta dengan air mata.
Ia duduk dan mempertanyakan hal itu.

Ratna dengan cepat memeluk Sinta, ia pun ikut berurai air mata.

"Yang sabar ya, Sin," pintanya.
Tangan dari Ratna mengusap bahu Sinta, ia mencoba menenangkan.

Manaf datang dengan lesu.
Mereka kini masih berada di rumah sakit.
Dina tidak ada di sini, ia sengaja di titipkan kepada pamanya, karena tidak baik jika lama-lama di rumah sakit.

"Bagaimana, Naf?" tanya Ratna yang menyadari anaknya telah tiba.

Manaf menggeleng dengan perlahan.
Wajahnya pucat, dan terlihat ia sangat lemah.

Sinta melepaskan pelukan, sorot matanya mempertanyakan sesuatu.

Ratna mengerti, pasti Sinta mempertanyakan perkembangan mengenai Nadhran.

"Nadhran belum ditemukan," jelasnya dengan hati-hati.

"Kita cuma bisa berdo'a yang terbaik," lanjut Ratna.

Bulir bening hadir lagi di mata seorang ibu yang bernama Sinta.

Apa mimpi tadi adalah sebuah pertanda bahwa Nadhran tidak akan selamat?

Sinta terpukul mendengar hal itu, sudah dua hari ia terbaring di sini, tapi ternyata sampai  saat ini Nadhran belum di temukan.

Ya Allah, apa ini adalah taqdir yang terbaik?
Sinta menunduk, sungguh ia tidak sanggup untuk mengangkat kepalanya. Air mata itu begitu deras mengalir, membasahi khimar yang ia pakai.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang