٥٢. Kepedihan

35 7 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Ketika fakta menjadi rahasia, maka cepat atau lambat akan hadir rasa kecewa.

📌Nadhran

🍂Selamat Membaca🍂
🍂SilmiSNurfadilah🍂

___

"Ummi, perasaan aku jadi gak enak," lirih Nadhira. Pasalnya sampai pagi ini tidak ada kabar dari Nadhran. Biasanya, Nadhran akan menghubungi Nadhira atau orang tuanya. Apa mungkin dia saat ini sangat sibuk?

"Kenapa, Nak?" Qisti yang sedang memotong buah apel langsung melirik kepada putrinya.

"Kenapa Nadhran belum ke sini, ya?" Nadhira bergumam pelan. Namun, Qisti mampu mendengar hal itu.

Qisti menyimpan buah apelnya di piring, kemudian duduk. Sepotong apel Qisti berikan untuk putrinya.

"Makan dulu sayang," tutur Qisti.

"Mungkin sebentar lagi Nadhran bakalan dateng, kamu sabar aja, ya. Jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu, nanti kamu tambah sakit."

Nadhira menggigit apel itu sedikit kemudian menyerahakannya kepada Qisti.
"Nadhira mual, Mi." Terlihat wajahnya kini pucat, tiba-tiba saja perutnya ingin mengeluarkan isi yang ada di dalamnya.

"Kita ke kamar mandi, ya." Qisti terlihat panik, ia membantu Nadhira untuk berjalan.

Wanita bernama Nadhira menahan sakit di kepala yang ia rasakan sangat berat, pandangannya buram, sedangkan perutnya seakan dililit kencang.

Beberapa kali Nadhira mencoba memuntahkan isi perutnya, hanya air lah yang bisa ia keluarkan, memang, hari ini ia belum memakan makanan yang berat, ia tadi hanya meminum air dan memakan apel sedikit.

Setelah dirasa perutnya membaik, Nadhira dipapah oleh Qisti. Qisti sangat khawatir atas keadaan putrinya tersebut.

Nadhira berbaring kembali, kini perutnya terasa panas, napasnya sesak, dan kepalanya semakin berdenyut.

"Ummi, sebenernya Nadhira sakit apa?" tanya Nadhira sembari memegangi kepalanya.

"Nadhira udah gak demam, tapi kenapa masih pusing, ya?"

Qisti hanya diam, ia sedari tadi menahan air matanya.

"Maafin Ummi ya, Nak, Ummi belum bisa kasih tahu kondisi kamu saat ini."

***

"Sekarang kita selesaikan semua."
Nadhifa tersenyum miring melihat beberapa gambar dan video yang ada di ponselnya, ia merekam dirinya dan Nadhran dalam satu kamar.
Semua ini telah ia rencanakan, Nadhifa saat ini sudah benar-benar gila karena cinta.

Nadhran adalah pemuda yang pernah ia temui di taman kota dulu, saat itu Nadhifa telah jatuh hati padanya. Namun, tiba-tiba saja orang tuanya itu akan menjodohkan dirinya dengan pilihan mereka, otomatis Nadhifa menolak keras perjodohan itu. Dia kabur dan tidak memikirkan perasaan kedua orang tuanya. Toh orang tuanya pun tidak memikirkan perasaannya,---pikir Nadhifa saat itu.

Jika ia tahu bahwa orang yang akan dijodohkan dengannya adalah Nadhran, pastilah Nadhifa tidak akan menolak.

Dan ... saat ini Nadhifa menyesal telah menolak perjodohan itu, tapi ... ia bahagia karena saat ini ia bisa bersama dengan Nadhran.

Nadhifa tinggal menunggu waktu yang tepat untuk beraksi kembali.

Setelah merapikan semua, Nadhifa membuka kunci dan berjalan dengan senyumanan puas. Ia meninggalkan Nadhran yang belum sadarkan diri.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang