٤. Hilang

267 101 156
                                    

❣بسم الله الرحمن الرحيم❣

"Ketika kita telah berusaha, tinggal serahkan semua pada-Nya, masalah hasil Allah-lah yang lebih mengetahui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ketika kita telah berusaha, tinggal serahkan semua pada-Nya, masalah hasil Allah-lah yang lebih mengetahui."

📌Nadhran

⚬Selamat membaca⚬(💗 📖)
🔱SilmiSNurfadilah

___

"Dhran! Nadhran gawat! Gawat!" seru Fawaz sangat panik.

Nadhran meriutkan dahinya.  "Ada apa, Waz?"

"Itu, si-si---" ucap Fawaz terbata-bata.

"Si, si, apa?" potong Nadhran. Ia sangat tidak mengerti kenapa Fawaz sepanik itu.

"Si-si-si Manaf!"

"Iya, Manaf kenapa?"

"Hilang!"

Deg!

Perasaan cemas menyelimuti mereka berdua, bagaimana tidak, Manaf tiba-tiba saja tidak ada. Apa dia tertinggal? Pasalnya tadi cukup banyak orang yang berdesakan ketika masuk kapal ini.

Mereka mencoba bertanya kepada orang-orang yang ada di sana, apakah mereka melihat seorang pemuda dengan ciri-ciri yang mereka ceritakan.

"Pak, maaf ... lihat pemuda umurnya 18 tahun, tingginya sekitar 165 cm, terus wajahnya gak terlalu ganteng sih, warna kulitnya putih, tapi masih putihan dia." Fawaz menunjuk Nadhran. Dalam suasana seperti ini masih saja bercanda. Heran.

"Enggak, Mas," jawab Bapak-
bapak sambil menggelengkan kepala.

Kemudian mereka bertanya lagi kepada yang lainnya.

Sudah bertanya ke beberapa orang untuk mencari Manaf, tetapi hasilnya nihil. Mereka semua tidak melihat keberadaan Manaf.

"Dhran, gimana nih? Kalau malem ana takut." Nadhran ingat ucapan Manaf itu, sepertinya Manaf memang tidak naik kapal ini. Dan sepertinya Manaf benar-benar takut, makanya dia tidak ada di sini.

"Fawaz," panggil Nadhran dengan suara lirih.

Fawaz menengok ke arahnya. "Kayaknya Manaf masih di sana," lanjutnya.

"Apa? Terus dia gimana?" Fawaz kali ini khawatir. Meskipun mereka sering bertengkar tapi baginya Manaf sahabatnya juga.

"Nanti siang kita coba balik lagi, mudah-mudahan ada kapal yang akan mengantarkan kita ke sana." Nadhran mencoba menenangkan Fawaz.

Meskipun Nadhran merasakan hal yang sama, sebuah kekhawatiran akan sahabatnya, tapi sebisa mungkin ia tetap tenang, jika dia panik, maka Fawaz akan lebih panik.

Nadhran meminta untuk beristirahat dulu, perjalanan masih cukup jauh. Dan Fawaz menyetujui untuk beristirahat.

Malam menyelimuti hari, angin laut yang berhembus menusuk ke dalam diri, dipakainya jaket dan mereka mencoba menutupkan mata agar terlelap. Meskipun mereka berdua beristirahat, tetap saja tak dapat dipungkiri, rasa khawatir tetap menyelimuti hati mereka berdua.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang