٥٤. Terlepas

52 7 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Dipaksa pergi dengan keadaan yang tidak dimengerti. Melepaskan genggaman setelah terikat. Saling menjauh, kemudian terlepas. Haruskah kita benar-benar terpisah?

📌Nadhran

🍂Selamat Membaca🍂
🍂SilmiSNurfadilah🍂

___

"Dhran! Dhran! Ada berita baru!" Manaf berlari sembari memanggil Nadhran.

Nadhran nampak memasang wajah biasa saja.

"Berita bahagia!" Manaf membetulkan napasnya yang terengah-engah karena berlari tadi, ia memegangi lututnya.

Mendengar ada kabar bahagia, seharusnya Nadhran senang. Namun, kabut pekat menutupi hatinya, menggerimiskan suasana hati sampai cahaya kebahagiaan tidak sampai ke dalam.

Manaf yang melihat ekspresi sahabatnya itu sedikit kesal, ia menepuk bahu Nadhran, sampai Nadhran sedikit meringis.

"Apa sih, Naf?"

"Santai kali, Dhran. Antum kenapa, sih?"

Nadhran menggelengkan kepala. "Gak. Gak papa."

"Ketus banget!" celetuk Manaf.

Nadhran malas mendengarkan ocehan Manaf, ia menutuskan untuk meninggalkan Manaf dan berniat menuju kelas.

"Eh Nadhran! Tungguin!" teriak Manaf.

Nadhran berjalan cukup cepat, dan Manaf harus mengimbangi langkah itu. Pasti ada sesuatu yang Nadhran sembunyikan, saat ini sikap Nadhran sangat berbeda.

"Oh iya, Dhran, kabar Nadhira gimana?" Manaf mencoba mencairkan suasana.

Justru ketika mendengar nama Nadhira hatinya saat ini sangat sedih. Perubahan sikap dari Nadhira dan permintaan cerai yang ia layangkan membuat Nadhran hancur.

"Ana gak tahu," jawab Nadhran. Kali ini langkahnya ia percepat, Manaf diam mematung. "Bener, nih, kayaknya Nadhran lagi ada masalah."

Terhitung sudah tiga hari Nadhran tidak pergi ke rumah sakit, ia bukan ingin pergi dari Nadhira, justru saat ini ia akan memenuhi keinginan Nadhira, yaitu memberikan waktu Nadhira untuk sendiri.

"Tapi masalah apa, ya?" Manaf bergumam sendiri.

"Eh Dhran! Tungguin ana!"

***

Seorang wanita melewati Manaf yang sedang duduk di bangku taman belakang kampus, hingga Manaf menyadari siapa wanita itu.

"Ra! Marra!" panggil Manaf.

"Apa?!"

Manaf yang tadinya tersenyum, kini senyumannya luntur.
"Orang-orang pada kenapa sih hari ini?" Manaf tidak terima diperlakukan seperti tadi, hari ini ia dua kali diperlakukan seperti itu.

"Iya, kenapa Manaf," ucap Marra. Ia melembutkan ucapannya, tapi semua itu hanya dibuat-buat.

Manaf membuang napas jengah.

"Ada apa, Naf?" Marra bertanya dengan nada datarnya.

"Tadi di kelas, ngerasa gak sih  si Nadhran kayak beda gitu?" Manaf bertanya.

Marra berpikir sesaat. "Emm, iya sih, lebih pendiam gitu," jawab Marra.

"Nah." Manaf menepuk ke dua tangannya, hal tersebut mengagetkan Marra yang ada di hadapannya.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang