٢٨. Cobaan *Lagi*

77 12 20
                                    

Prakata dulu dari Silmi ya😂😂

Alhamdulillah NADHRAN udah sampai part 28, pantau terus sampai akhir ya.😊
Gak nyangka udah lumayan juga partnya.😁😁
Kalian maunya sampai part berapa? 30-an 40-an atau bahkan 50-an?

Aku juga mau banyak terimakasih kepada yang udah mau baca sejauh ini, terimakasih banyaaaaak.❤❤

Semoga cerita ini ada manfaat untuk pembaca, jika ada hal yang kurang pas dalam penulisan, pemilihan kata, dll. Boleh komen atau DM aja ya.😊

Oke, selamat melanjutkan membaca❤

___

💐بسم الله الرحمن الرحيم💐

⚬Selamat membaca⚬(💗 📖)
🔱SilmiSNurfadilah

___

NADHRAN
-Kisah Meneguhkan Hati-
___

Sinar mentari yang mulai terang menyambut hari ini, hari Nadhran masih diberi kesempatan untuk menginjakan kaki di bumi Allah ini. Ia mengawali paginya dengan dzikir menyebut nama-Nya, tidak lupa ia melafadzkan do'a:

"اللهم بك أصبحنا وبك أمسينا وبك نحيا وبك نموت وإليك المصير (-الترميذ ٣٣٩١، عن ابى هريرة-)


Allahumma bika ashbahnaa wabika amsainaa wabika nahyaa wabika namuutu ailaikal mashiir.

Yang artinya: Ya Allah, karena kehendak-Mu hingga pagi ini, dan karena kehendak-Mu hingga sore ini, karena kehendak-Mu kami hidup, dan karena kehendak-Mu lah kami kembali. (R. At-Tirmidzi 3391 dari Abi Hurairah)."

"Aamiin," ujar Sinta yang tiba-tiba ada di belakang Nadhran.

Nadhran sedang berdiri di luar rumahnya, ia memang menginap di Bandung untuk beberapa hari sebelum nanti berangkat ke Jakarta lagi.

Pemuda itu berbalik lalu memandangi wanita yang berada di belakangnya tersebut.

Nadhran dengan cepat memeluknya, dan bertanya, "Ummi ... apa yang harus Nadhran lakukan?"

Sinta melepaskan pelukan dengan perlahan, tangannya meraih wajah Nadhran yang sangat ia sanyangi, kemudian diusapnya sejaca perlahan.

"Minta petunjuk sama Allah," tutur Sinta.

Nadhran saat ini sedang berada diambang kebingungan, ia harus menentukan apakah akan melanjutkan atau berhenti.

Acara khitbah kemarin memang telah selesai, tapi ... semua itu kacau.

Namun, tetaplah Nadhira saat ini berada dalam pinangannya.

"Ummi buatin sarapan ya," ucapnya lembut.

Nadhran mengangguk pelan.

Sembari menunggu Sinta yang sedang masak, Nadhran berjalan-jalan di dekat rumahnya, ia mencoba menikmati pagi yang sejuk ini, walaupun hatinya sedang tidak baik-baik saja.

Beberapa menit berjalan tidak merubah apapun, hatinya masih saja gundah karena suatu hal.

Langkah kakinya seakan hampa, semua terasa membingungkan. Penjelasan Nadhira kemarin tidak cukup untuk menjawab semua, ditambah kehadian seorang wanita yang sangat mirip dengan Nadhira menambah deretan pertanyaan muncul dalam otak Nadhran.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang