بسم الله الرحمن الرحيم
"Sedalam apapun rahasia, adakalanya akan menyeruak dengan sendirinya. Diantara rasa sakit yang pernah ana rasakan adalah ... mengetahui suatu hal dengan terlambat."
📌Nadhran
🌷Selamat Membaca🌷
🌷SilmiSNurfadilah🌷___
Ternyata sakit yang Nadhira rasakan belum membaik, malah keadaannya semakin memburuk. Nadhran yakin hal itu bukanlah di sebabkan oleh istrinya yang terkena air hujan satu minggu yang lalu.
Nadhira masing terbaring lemah, kini wajahnya semakin pucat, telah terhitung sudah satu minggu ia sakit.
Nadhran mengambil selimut, ia kemudian menyelimuti Nadhira dengan perlahan agar istrinya itu tidak terganggu istirahatnya. Beberapa menit berlalu, pandangan Nadhran tidak terlepas dari sosok yang di depannya.
Rencana untuk pindah rumah sempat tertunda, mereka memutuskan untuk tinggal lebih lama di sini, Nadhran khawatir sakit yang dirasakan Nadhira itu karena ia merasa terbebani karena Nadhran yang ingin mengajaknya pindah rumah.
Nadhira sedikit berdehem, tak lama dari itu ia membuka matanya, tatapannya langsung tertuju pada seorang laki-laki yang duduk di dekatnya, sungguh salah satu hal terindah bagi Nadhira adalah ketika ia membuka mata, ada sosok suami yang selalu menemani.
Menyadari istrinya itu telah bangun, Nadhran langsung memberikan senyuman. Ia mengusap pucuk kepala Nadhira dengan lembut. "Gimana sekarang? Udah agak enakkan?" tanya Nadhran dengan suara pelan.
Nadhira membuat goresan indah pada wajahnya, ia tersenyum, lalu mengangguk. "Alhamdulillah." Padahal sebenarnya rasa sakit yang ia rasakan tidak berkurang. Entah kenapa kepalanya sangat berat, padahal jika dirinya sakit karena air hujan kemarin, semua tidak akan separah ini.
"Apa ini karena pukulan beberapa minggu lalu?"
Nadhran memang belum mengetahui kejadian sebelum mereka menikah. Kejadian yang hampir saja merenggut nyawa ummi, abi, dan dirinya.
Nadhran memperhatikan Nadhira yang diam saja, matanya menampakan tatapan kosong. Ia langsung mencoba menyadarkan Nadhira dengan menggerakan tangannya tepat di depan mata Nadhira. "Dhir?"
"Jangan ngelamun kayak gitu," kata Nadhran.
"Eh, iya, kenapa?" Akhirnya Nadhira tersadar dari lamunannya tadi.
"Dhira lagi mikirin apa tadi?"
Nadhira sedikit menggeleng. "E-enggak kok."
Tiba-tiba suara pintu terbuka menampakan wanita paruh baya yang tersenyum ke arah mereka bardua.
"Ummi boleh masuk?"Nadhran melirik ke arahnya. "Boleh dong, Mi."
Qisti melangkah mendekati putri dan menantunya, ia pun duduk di sebelah Nadhira yang masih terbaring lemah. Tak lupa Qisti mengusap pucuk kepala anak kesayangannya itu.
"Masih sakit, ya?"
"Kita ke rumah sakit aja, ya, Nak?" tawar Qisti. Nadhran mengangguk menyetujui hal itu.
"Nadhran juga khawatir Nadhira kenapa napa," timpal Nadhran.
Namun, Nadhira menggeleng, ia tidak ingin di periksa lagi, ia takut kalau terjadi sesuatu yang buruk dan membuat semua orang khawatir.
"Dhira gak papa, Ummi. Mungkin cuma kecapean aja," jawabnya dengan yakin.
"Gak sayang, kita harus ke rumah sakit, ya?" Qisti terus memaksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADHRAN (Open PO) In syaa Allah
Random⚠️Sebagian part akan dihapus untuk kepentingan penerbitan. ⚠️ Apa yang kalian pikirkan pertama kali jika mendengar kata "Cinta"? Apa? Pacaran? Yakin Cinta itu hanya identik dengan pacaran? Sebuah kisah yang dirangkai untuk sang pencari cinta. Kisah...