٤٢. Pernikahan (I)

45 11 0
                                    


🍂بسم الله الرحمن الرحيم🍂

"Akhirnya hari bahagia datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akhirnya hari bahagia datang. Ikrar yang kita ucapkan nantinya bukan hanya akan mengikat dua insan, melainkan dua keluarga."

Kamu adalah do'aku yang terkabul, Nadhira.

📌Nadhran Afnan Diaurrahman

🍂Selamat Membaca🤗
🍂 Silmi S Nurfadilah🖊

___

"Ya Allah ... izinkan hamba menyaksikan pernikahan putri hamba, Nadhira." Qisti terus saja berdo'a, meskipun dadanya semakin sesak.

"Semoga Allah menyelamatkan kami." Rendri pun ikut berdo'a dalam hati.

***

Jam satu malam Nadhira terbangun dari tidurnya, menggeliat sesaat dan melihat ke arah sampingnya. Tata masih tertidur pulas, tapi entah kenapa perasaan Nadhira tidak enak saat ini.

Nadhira bangun dari kasur dan berjalan secara perlahan, ia menuju jendela kamarnya dan meliat ke arah luar. Ketika tirai kamarnya dibuka, angin malam menyelusup, bisa dirasakan dingin menyentuh dirinya.

Perasaan tidak enak ini tiba-tiba saja muncul, dirinya menjadi tidak tenang, apa ini hanya karena besok ia akan menikah? Apa hal ini wajar? Nadhira memutuskan untuk kembali tidur, ia harus istiharahat karena besok adalah hari istimewa. Beberapa kali ia mencoba memejamkan mata, tapi ... rasanya sulit sekali untuk menjangkau alam mimpi, Nadhira terus saja terjaga hingga satu jam.

Dikarenakan Nadhira tidak bisa tidur lagi, ia mengambil air wudhu dan menjalankan sholat tahajud, ia akan meminta ketenangan atas apa yang ia rasakan, sekaligus ia akan meminta pertolongan kepada Allah, mudah-mudahan besok acaranya bisa lancar.

Waktu subuh hampir tiba, tapi Nadhira belum melihat keberadaan orang tuanya, biasanya abinya akan berangkat ke mesjid sebelum adzan berkumandang. Namun, pagi ini rumah terasa sepi.

Nadhira keluar kamar dan mencoba mengetuk pintu kamar orang tuanya, mungkin mereka kecapekan karena acara semalam, makanya mereka belum bangun pagi ini.

Beberapa kali pintu diketuk, tidak ada sahutan dari dalam. Akhirnya Nadhira membuka pintu, dan nampak kamar tersebut sangat rapi.

"Ummi?"

"Abi?"

Mereka berdua tidak ada di sini.

Nadhira menuruni tangga dengan ritme yang cukup cepat, ia terus saja memanggil kedua orang tuanya, tetapi tetap saja, tidak ada jawaban di sana. Sekarang, Nadhira sangat bingung.

Nadhira mencari ke setiap ruangan, mulai dari ruang tamu, dapur, kamar mandi, mereka tidak ada, sampai taman belakang rumah pun tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang