٧. Nama

174 70 72
                                    


❣بسم الله الرحمن الرحيم❣

Kenapa jika mengingat siapa namanya pun tidak bisa. Namun, kenapa bisa dia dengan mudah masuk dalam pikiranku?

📌Nadhran

⚬Selamat membaca⚬(💗 📖)
🔱SilmiSNurfadilah

___


"Dhran?!" panggil Manaf.

Kontrakan rasanya lebih sunyi, biasanya ada canda tawa yang menghiasi. Kini ... hanya mereka berdua yang ada, Fawaz pergi dan tidak kembali lagi.

Setelah kejadian Fawaz yang tiba-tiba lari kemarin, mereka tidak bertemu Fawaz lagi, dan ketika mereka pulang ke kontrakan, nampak kamarnya telah rapi dan kosong, barang-barang miliknya sudah tidak ada, mereka berdua yakin Fawaz memang pergi.

"Dhran?" Manaf mencoba memanggilnya lagi.

Sedari tadi Nadhran hanya melamun, dirinya sangat khawatir sahabatnya kenapa-napa, Ibunya Fawaz berpesan, agar mereka selalu bersama, dan sekarang Nadhran merasa dirinya telah lepas dari tanggung jawab, dia merasa tidak bisa memegang amanah dari Ibunya Fawaz tersebut.

Manaf menepuk pundak dari Nadhran, "Dhran!" Sekali lagi ia memanggilnya.

Akhirnya Nadhran mendengarnya, lamunanya tadi membuatnya tidak mendengar suara di sekitarnya.

"Maaf, Naf, ana tadi gak denger," ucap Nadhran.

"Ana udah panggil antum dari tadi lho."

"Ana cuma lagi kepikiran Fawaz aja, Naf," kata Nadhran.

Nadhran menghembuskan nafas secara perlahan, wajahnya sangat menggambarkan perasaan yang ada dalam hatinya.

***

Flashback ON

Fawaz membereskan barang-barangnya dengan cepat, tanpa berpikir panjang ia memutuskan untuk berhenti sampai di sini. Dia merasa ikhtiarnya sia-sia. Lebih baik ia pergi tanpa tujuan dari pada gagal menggapai tujuan.

Perasaan yang hinggap terasa bercampur, rasa kecewa, sedih, marah kini beradu jadi satu. Pikirannya kacau, sama dengan hatinya.

Nadhran dan Manaf lulus, kenapa ana tidak? Allah gak adil! Kalimat itu lah yang mungkin mendorongnya untuk pergi dari sini.

Kegagalan baginya adalah sebuah ketidak adilan Allah terhadapnya, ia sungguh telah berusaha untuk hal tersebut, tapi kenapa hasilnya seperti ini?

Setelah selesai membereskan semua, Fawaz melangkah cepat dan meninggalkan kontrakan. Biarlah dirinya pergi kemanapun yang ia inginkan, daripada di sini dengan sebuah kekecewaan.

Mungkin hal tersebut bukan masalah besar bagi orang lain, tapi tidak bagi dirinya. Kegagalan yang menimpanya itu tidak dapat ia terima, pasalnya ia sangat keras berusaha hingga sampai ke kota ini.

Pemuda yang sedang kacau tersebut pergi dengan membawa semua barangnya, ia melangkah dengan sebuah rasa kecewa, bebannya kini bertambah, bukan hanya perihal kegagalan, tapi perihal bagaimana ia memberi tahu orangtuanya? Dan kemana sekarang ia akan melangkah?
Dengan cepat Fawaz menghilangkan keraguan kemana ia akan pergi.

Baginya kini yang terpenting pergi dari Nadhran dan Manaf. Rasa iri, kini hadir dan menguasai dirinya. Iri terhadap taqdir baik yang diberikan Allah terhadap sahabatnya dan tidak diberikan kepadanya.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang