٢٩. Mengikhlaskan Lagi?

51 15 14
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Haruskah mengikhlaskan setelah mendapatkan?

📌Nadhran

___

Seorang pemuda diam-diam mendengarkan percakapan beberapa orang di rumah sakit. Ia bersembunyi di balik tembok bercat putih, dirinya terlalu takut untuk muncul diantara mereka.

Tangannya bergetar hebat kala mendengar kabar buruk itu, beberpa kali ia beristighfar untuk menenangkan dirinya sendiri, ia menarik nafas lebih dalam lalu membuangnya dengan perlahan.

Perlahan ia mencoba mengumpulkan semua keberaniannya, ia berniat untuk menghampiri mereka. Sudah satu langkah kakinya bergerak, tetapi dengan cepat ia merarik lagi niatnya.

Pemuda itu menunggu waktu yang tepat, atau mungkin ia tidak akan mendapatkan waktu yang tepat itu.

Beberapa menit berlalu, ia hanya duduk di kursi, ia menundukan kepalanya, hatinya risau karena suatu hal.

Ia memejamkan matanya beberapa detik, kemudian dengan mantapnya berdiri dan menghampiri mereka.

"Saya bisa mendonorkan darah untuk Nadhira, karena kebetulan saya memiliki golongan darah O-," ucapnya memecah suasana.

Semua yang ada di sana langsung melemparkan pandangan terhadapnya, mereka tidak mengerti mengapa pemuda itu tiba-tiba saja muncul lalu menawarkan dirinya.

"Gibran?" Rendri menatap lekat seseorang yang menghampiri tadi.

Pemuda itu menoleh.

Ya, pemuda itu adalah Gibran, pemuda yang berniat meminang Nadhira beberpa bulan yang lalu.

Mungkin di sana hanya Rendri lah yang mengenalnya.

Qisti memang tahu tentang Gibran dari penjelasan Nadhira beberapa hari yang lalu, tetapi ia hanya mengenal nama tanpa mengenal wajahnya.

Pemuda yang memakai pakaian berwarna abu dengan peci hitam yang dipakainya tersenyum, lalu menyalami Rendri.

Saat hal itu terjadi, ternyata ada hati yang tersakiti. Nadhran mencoba tersenyum dengan apa yang didengarnya tadi. Ternyata ada seseorang yang Allah kirim untuk menjadi pelantara dalam menyelamatkan Nadhira.

Gibran meminta maaf karena telah dengan sengaja mendengarkan percakapan mereka tadi, ia memutuskan untuk mau membantu kesembuhan Nadhira, yaitu dengan mendonorkan darahnya.

"Apa benar kamu mau membantu Nadhira?" tanya Rendri lirih.

Tanpa ditanyapun pasti jawabannya adalah 'iya.'

Gibran mengangguk, lalu dengan segera memasuki ruagan pengecekan sebelum mendonorkan darah.

"Terima kasih banyak, Nak," lirih Qisti dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat bersyukur sekali.

Tak perlu waktu lama untuk menunggu hasilnya, dan hasilnya Gibran dinyatakan sehat dan bisa mendonorkan darahnya untuk Nadhira.

Nadhran sangat bahagia, tapi ... jauh di dalam hatinya ada rasa sakit tersendiri atas hal itu.

Apa ana cemburu?
Astaghfirullahalaziim ... yaa Allah hilangkanlah perasaan itu, ana tidak mau karena hal itu malah mengurangi rasa syukur ana karena ada orang yang menolong Nadhira.

Adzan dzuhur berkumandang, menyeru semua umat islam untuk menunaikan kewajibannya.

Sudah sekitar satu jam Nadhira ditangani oleh doker juga para perawat, tetapi mereka belum juga keluar dan memberikan kabar, hal tersebut membuat semua khawatir.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang