٢٣. Mengikhlaskan II

43 23 20
                                    

⚘بسم الله الرحمن الرحيم⚘

Ya Allah, jangan patahkan hati hamba ketika melihatnya.

Entahlah, perkataan itu muncul dari mana. Namun dengan spontan terucap dalam hati ana kala melihat sosok yang akhir-akhir ini ada dalam pikiran ana.

Nadhira.

Kami tak sengaja beradu pandang, namun itu hanya sepersekian detik. Singkat, sangat singkat. Kami memutuskan pandangan itu, ana paham itu bisa jadi zina pandangan, dan ana paham Nadhira pun mengetahui hal itu, oleh karena itu dia langsung menundukan pandangannya.

Kami saling menundukan pandangan, berpapasan namun tidak ada sapaan.

Memang, Nadhira tidak pernah menyapa ana. Tapi, setidaknya dulu jika bertemu ana dia akan tersenyum baru setelah itu akan menundukan pandangan.

Ana paham, mungkin senyuman itu adalah senyuman biasa layaknya dia tersenyum kepada orang lain. Tapi kenapa ana merasa dirinya berbeda?

Sesaat ana tersadar. Ya, mungkin dirinya telah menjadi milik orang lain, jadi dia akan lebih menjaga diri.

Ya, ana paham semua.

"Kami saling menundukan pandangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kami saling menundukan pandangan. Berpapasan, namun tidak ada sapaan."

"Mana yang paling sulit, melupakan, atau mengikhlaskan?"

📌Nadhran

___________

Entah mengapa suasana canggung tercipta saat ini. Tiga orang yang tengah duduk namun tidak ada percakapan sama sekali.

Beberapa menit berlalu tanpa ada pembicaraan yang jelas, hanya sekedar bertanya kabar satu sama lainnya.

"Bagaimana?" Qisti mulai angkat bicara.

Nadhran dan Sinta saling beradu pandang.

Ya, tiga orang tadi adalah Nadhran, Sinta, dan Qisti.

Nadhran sengaja merencanakan pertemuan ini, kebetulan hari ini kuliah libur dan Raffi pun memberikan izin beberapa jam untuk Nadhran. Tadi, Nadhran sedang bekerja, namun pikirannya terganggu, ia sangat tidak enak karena belum juga memberikan jawaban kepada Ummi dan Bu Qisti, jadi ia meminta izin untuk mengajak mereka bertemu di Restoran ini.

Mungkin ini mendadak, tapi Nadhran telah membuat keputusan atas pilihannya.

Nadhran menunduk dan memejamkan mata.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang