٥. Air

223 87 89
                                    


❣بسم الله الرحمن الرحيم❣

-Jadilah seperti air, terkadang disepelekan, tapi jika tidak ada maka dunia akan tiada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Jadilah seperti air, terkadang disepelekan, tapi jika tidak ada maka dunia akan tiada.-


📌Nadhran

⚬Selamat membaca⚬(💗 📖)
🔱SilmiSNurfadilah

___

Sebuah kontrakan yang tidak terlalu besar di singgahi oleh mereka bertiga, Nadhran, Fawaz, dan Manaf.

Di ibu kota inilah mereka akan menggapai mimpinya.

Nadhran sedang berbenah merapikan tempat tidurnya.
"Oh iya, hampir aja ana lupa!" seru Nadhran memikirkan sesuatu. Diambilnya tas, dan mencari sebuah kertas dari umminya beberapa hari yang lalu.

Bismillah
Nadhran ... pesan ummi cuma satu, kamu harus jaga sholat kamu, jangan sampai tertinggal! Diusahakan pada awal waktu ya, Nak ... jadilah orang sholeh. Ummi sayang sekali sama Nadhran.

Kebiasaan ummi dari Nadhran adalah memberi pesan ketika Nadhran akan bepergian, pesan tersebut sengaja ditulis agar Nadhran selalu ingat, selain karena hal itu, uminya Nadhran memang tidak jelas dalam bicara, (ada saraf yang terganggu, sehingga bicaranya tidak jelas) yang Nadhran tahu ada saraf yang tidak berjalan dengan semestinya, hingga akhirnya umminya itu mengalami gangguan dalam berbicara. Tapi dibalik itu semua, umminya itu sangat menyayangi Nadhran, begitupun Nadhran.

Nadhran tersenyum memandangi pesan dari ummi yang sangat ia sayangi.

Tak berapa lama, gagang pintu kamarnya terbuka. "Dhran!" seru Manaf memanggil Nadhran yang sedang memegang secarik kertas.

"Iya, Naf. Ada apa?"

"Ayo makan dulu!" ajak Manaf.

"Antum duluan aja, nanti ana nyusul."
Manaf segera makan, perutnya memang selalu saja terasa lapar, meskipun begitu, Manaf tidak berpostur besar, tetap saja kecil seperti itu.

Fawaz mengambil air minum karena tersedak.

Nadhran keluar dari kamarnya, tapi dia malah melangkah keluar.
"Dhran! Mau ke mana?" tanya Manaf sesaat melihat Nadhran keluar dari kamarnya.

"Ke warung depan, Naf, antum sama Fawaz duluan aja makannya!"

"Dari tadi juga ana udah mulai makan, Dhran." Pikir Manaf.

"Di luar hujan, Dhran. Gak bawa pa---" ucapan Fawaz terhenti, karena Nadhran telah berlalu pergi.

***

Nadhran melangkahkan kaki cepat, dia memegangi perutnya, rasa sakit karena telat makan dan ditambah dengan dinginnya air hujan yang mengguyur tubuhnya.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang