٣٦. Memperbaiki Keadaan

29 12 5
                                    

🌷🌷بسم الله الرحمن الرحيم🌷🌷

"Mengapa rasaku membawa kepada jurang kepedihan, menciptakan jarak antar aku dengan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa rasaku membawa kepada jurang kepedihan, menciptakan jarak antar aku dengan orang lain. Apakah aku salah terjebak dalam taqdir ini? Namun, aku yakin semua ini adalah rencana-Nya, dan aku tahu rencana Allah pasti yang terbaik."

📌Nadhira

⚬Selamat membaca⚬(💗 📖)
🔱SilmiSNurfadilah

___

Rasa gugup mungkin telah menjadi hal yang biasa akhir-akhir ini.
Nadhran duduk dengan tatapan ke arah tangannya sendiri.

"Bagaimana?" tanya Rendri.

Sudah terhitung dua kali Nadhran menginjakan kaki di rumah ini, rumah di mana ia merasakan bahagia dan kecewa secara bersamaan.
Masih ingat dengan kejadian saat Falisha ternyata adalah Nadhira? Hal tersebutlah yang membuat Nadhran merasakan dua rasa yang bertolak belakang itu.

"Saya tergantung kepada putra saya sendiri," jawab Sinta yang duduk di samping Nadhran.
Qisti mengangguki hal tersebut, ia pun setuju dengan perkataan Sinta tadi.

"Nadhira?" panggil Rendri menoleh ke arah putri kesayangannya.

Nadhira sedikit mengangkat kepalanya yang menunduk. "I-iya, Abi?"

Siang ini mereka memang sedang berkumpul, hal tersebut untuk memastikan apakah acara khitbah beberapa minggu kemarin akan dilanjutkan atau tidak. Mereka semua tidak ingin berlama-lama dalam ketidakpastian.

Biasanya tanggal pernikahan itu ditentukan ketika acara khitbah, tetapi acara yang lalu ada masalah yang menghambat hal itu. Jadi, hari ini mereka akan memastikan semua.

Terlihat di ruangan itu hanya ada lima orang saja; Rendri, Qisti, Sinta, dan dua orang yang bersangkutan Nadhira dan Nadhran.

Setelah mengalami penundaan waktu tiga hari dikarenakan Sinta yang jatuh sakit, akhirnya hari ini mereka semua bisa bertemu juga.

"Kira-kira satu minggu yang lalu, Nadhran telah menyatakan niat baiknya untuk serius dengan kamu, sekarang apakah kamu menerima hal itu?" tanya Rendri hati-hati.

Nadhira nampak diam dan tidak menjawab. Hal tersebut membuat Nadhran khawatir, apakah semua ini akan dibatalkan? Jika hal itu terjadi ia harus bisa merelakan semua, mungkin Nadhira memang bukan untuknya, dan mungkin juga ia harus mengikhlaskan wanita yang bernama Nadhira untuk ke sekian kalinya.

"Nak ...," panggil Qisti lembut, ia mengusap lembut punggung tangan putrinya, Qisti tahu menjawab hal itu sangat sulit. Qisti merasakan dingin ketika tangannya menyentuh punggung tangan putrinya itu.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang