٣١. Kelabu

42 9 17
                                    

🍁بسم الله الرحمن الرحيم🍁

"Apa memang kamu bukan untukku?"

📌Nadhran

Selamat membaca❤

SilmiSNurfadilah💐

___


"Keadaan Nadhira semakin kritis."

Air mata berderai kala mendengar kabar buruk itu. Jatungnya berdebar kencang, ia takut kalau putrinya itu tidak bisa terselamatkan.

Berkali-kali lafadz istighfar terucap, keadaan Qisti kali ini sangat rapuh.

___

NADHRAN
-Kisah Meneguhkan Hati-
___

Belakangan ini, cuaca sedang tidak cerah. Awan hitam kerap kali menutupi kota ini, angin yang cukup kencang pun kerap kali datang.

Sudah dua hari hujan terus saja mengguyur, intensitasnya sedang, tetapi karena hal itulah suhu di sekitar menjadi lebih dingin.

Nadhran memakai jaket hitam yang cukup tebal, tak lupa ia memakai jas hujan dan membawa payung. Nadhran harus ekstra hati-hati, jalanan yang cukup licin bisa saja membuatnya terjatuh.

Angin berhembus menerpa dirinya, dirasanya dingin menyeruak, ia memasukan satu tangannya kedalam saku jaket agar menghalau rasa dingin tadi, sedangkan tangan yang satunya memegang payung untung menghalau air hujan.

Matahari belum menampakan sinarnya, karena memang waktu baru menunjukan pukul setengah lima pagi. Setelah pulang dari mesjid tadi, ia bergegas pergi ke rumah sakit, ia sengaja telah berpakaian rapi dan membawa beberapa buku, ia berniat jika telah mengetahui keadaan Nadhira ia bisa langsung pergi ke kampus.

Jalanan terlihat masih lenggang, biasanya selalu ada kemacetan di kota ini. Mungkin kali ini sebagian orang memang belum beraktifitas ditambah dengan hujan yang mengguyur pastinya rasa malas akan timbul.

Nadhran telah memesan ojek online, ia hanya tinggal menunggu di perempatan jalan sana. Syukurlah tidak lama dari itu, ojek datang.

Tangannya menutup payung kemudian dimasukan ke dalam tas, Nadhran menaiki motor tersebut. "Ke rumah sakit ya, Pak," ucap Nadhran.

Tiga puluh menit berlalu, hujan masih saja mengguyur kota ini. Hal tersebut membuat tubuh Nadhran sedikit menggigil.

"Mas, kenapa ke rumah sakit subuh-subuh  gini?" tanya tukang ojek tersebut.

Hujan semakin deras, hal itu membuat Nadhran tidak terlalu jelas mendengar pertanyaan tukang ojek tadi. "Maaf, Bapak tadi nanya apa?" tanya Nadhran dengan suara agak keras.

"Mas, kenapa ke rumah sakitnya harus subuh-subuh?" Tukang ojek tadi mengulangi pertanyaannya.

"Oh ... ana ada urusan penting, ana harus menjenguk seseorang," jawab Nadhran, ia membenaran helm yang dipakainya.

"Oh, memang jam besuk sudah dibuka kalau sepagi ini?" tanya tukang ojek.

Nadhran berpikir sebentar. Bahkan ia tidak memikirkan hal itu tadi, yang ia pikirkan hanya mengetahui kondisi Nadhira saat ini tanpa memikirkan apakah rumah sakit telah memperbolehkan orang untuk membesuk pasien.

 NADHRAN (Open PO) In syaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang