Chapter 36

10.4K 1K 50
                                    

Halooo
Apa kabar hari ini?
Oke aku mutusin buat double up🌻
Ayo komen dan votenya!!
Jangan lupa ya
Kalo bisa ekspresikan semuanya dengan tulisan di komentar hehe:'

Happy reading!!🌞

Gulf masuk ke rumahnya setelah seminggu menjalani pemulihan di rumah sakit. Untuk dia pulang pun membutuhkan waktu yang terbilang lama untuk meyakinkan para sahabatnya jika ia tidak apa apa

"Kabur huh?" Seseorang menyadarkannya dari lamunan. Gulf berhenti, suara tersebut aneh namun ia merasa familiar. Pria itu membalikkan badannya, mendapati seseorang yang tengah berdiri sembari tersenyum

"Miss me bro?"

Gulf mendekat ke arah Arm, memeluk erat pria itu dan tak sadar menangis disana. Ia ingin menceritakan bagaimana lelahnya dia, bagaimana sakitnya hati dan fisiknya dia. Namun tak apa, dengan melihat kakaknya berdiri di hadapannya pun sudah cukup, beban pikirannya serasa lenyap

"So much"

Arm mengusap ngusap punggung Gulf. Pria itu tahu adiknya tengah menangis ketara dengan bahunya terasa basah. Ia kira tangisan Gulf hanya tangisan rindu, namun Arm merasakan hal lain. Sesuatu mengganjal di hatinya. Isakan isakan Gulf terdengar berbeda

Sedikit menyayat hati kecilnya

"Phi Arm, biarkan seperti ini untuk beberapa saat"

"Aku lelah" ucapnya lirih

Ada apa? Apa yang terjadi disini saat ia tak ada? Apa yang ia tidak ketahui? Arm bahkan merasakan hawa asing dirumahnya sendiri

Gulf melepaskan pelukannya, ia mengusap air matanya kemudian menatap Arm seraya tersenyum

"Phi Arm engga bilang mau pulang sekarang"

"Phi udah disini sejak kemarin, tapi ngeliat kamu engga ada dirumah Phi pikir kamu lagi main, eh ternyata engga pulang hm? mulai nakal ya kamu!" Arm menjitak pelan dahi adiknya membuat Gulf sedikit meringis, namun setelah itu ia tertawa

"Sekali kali Phi, kita engga tau kapan lagi bisa ngerasain kaya gini"

Arm mengangguk mengerti, banyak yang ingin ia rasakan sewaktu diusia Gulf memang. Arm memandang Gulf, mengusap pipi adiknya heran, "Kurusan?"

Gulf tertawa kecil, "Iyalah, aku engga mau gendut kaya Phi Arm!" ledeknya membuat Arm melotot kesal. Ia membawa kepala Gulf kedalam ketiaknya membuat sang empu menjerit disana

"HUA PHI ARM BAU!!! LEPAS LEPAS!!!"

"BUAHAHAHA MAKAN TUH KETEK!"

Dua orang berbeda usia itu tertawa dan saling menjahili satu sama lain, tak sadar jika kedua orangtuanya memperhatikan mereka dari lantai atas, "Ayah mau temuin Gulf, minta maaf"

Sang bunda tersenyum hangat, "Kasih Gulf pengertian"

Sang Ayah menganggukkan kepalanya kemudian berjalan mendekat ke arah Arm dan Gulf yang masih tertawa, namun ketika Gulf menyadari seseorang mendekat ke arah mereka ia mengalihkan pandangannya

Gulf refleks mundur selangkah membuat Arm menatap Gulf dan ayahnya bergantian. Ia melihat raut tak nyaman dari adiknya, entahlah dia tidak tahu

"Gulf, mendekatlah"

Gulf memandang ayahnya ragu, ia menarik nafasnya panjang kemudian dengan pelan berjalan mendekat. Sang ayah memeluk Gulf sedikit erat, lupa atau mungkin tidak tahu bahwa tubuh ringkih putranya banyak yang terluka

Gulf sedikit meringis, namun ia membalas pelukan sang ayah walau tak dapat dipungkiri tubuhnya semakin sakit

"Anak muda ini kabur kemana?"

"Ke rumah Zee hehe, sesekali boleh kan?" Tanya nya takut-takut

Ayahnya menganggukkan kepalanya membuat Gulf menghembuskan nafasnya lega. Sang ayah mengusap rambut Gulf,  "Nakal boleh, tapi harus tau batasan Gulf... engga sampe ke kantor polisi"

Arm membelalakkan matanya

Jadi adiknya pernah ke kantor polisi?

"Bikin masalah apaan Lo sampe masuk kantor polisi?" Arm menatap sinis Gulf

"Gulf engga salah, di lain waktu kalian pasti tau kejadian sebenarnya" ucapnya santai. Walaupun tak dapat dipungkiri ia ingin sekali mengatakan semuanya, namun disini korban akan lebih dipercaya bukan? Gulf memutuskan untuk diam sampai semesta menjalankan tugasnya sendiri

Se pasrah itu Gulf sekarang

"Masuk ke kamar setelah itu istirahat" ucap ayahnya

Gulf mengangguk, kemudian berjalan menjauhi dua pria berbeda umur itu, "Ayah, Gulf makin kurusan kan? "

"Engga tau pasti, ayah kan jarang ketemu sama dia"

-

-

Gulf merebahkan dirinya di kasur empuknya. Ia memandang langit langit kamarnya sembari mengingat setiap masalah yang terjadi beberapa hari kemarin. Ia bahkan belum menerima satu pesan pun dari Mew

"Gue udah putus belum ya?"

Gulf menghela nafasnya. Ia memposisikan dirinya dengan nyaman, beberapa saat kemudian terdengar dengkuran halus dari bibir indahnya

Bundanya masuk ke kamar Gulf pelan, niatnya untuk membawakan makanan untuk putra bungsunya, ia malah mendapati Gulf yang tertidur damai

"Udah lama banget bunda engga liat kamu kaya gini" Sang bunda mengusap dahi Gulf pelan. Tangannya terulur untuk menyingkap tangan baju Gulf yang panjang, tentu saja ia tau jika ada sesuatu yang disembunyikan putranya di balik baju tersebut

Gulf tipikal orang yang tidak suka memakai baju panjang

Ia mengusap pelan luka Gulf membuat sang empu meringis dalam tidurnya. Ia mengingat kapan terakhir kali ia memeluk Gulf saat putranya itu merasa kesakitan?

"Bunda..." Gulf sedikit membuka matanya, ia hendak bangun namun ditahan oleh sang bunda

"Kenapa hm? Gulf butuh apa biar bunda ambilin"

Gulf menggeleng lemah, "Peluk. Peluk Gulf sampe semua rasa sakit Gulf hilang"

Bundanya mengangguk setelah beberapa detik ia terdiam karena perkataan putranya. Ia tidur disamping Gulf yang telah terlelap kembali

"Tidur yang nyenyak na, bunda peluk Gulf biar bisa nyalurin semua rasa sakit Gulf ke bunda, kita bagi rasa sakit sama sama ya.."

-

-

"Kebo kebo kebo kebo kebo... mana dipeluk bunda lagi"

Sedari tadi Gulf menahan rasa kesalnya pada manusia yang statusnya kakaknya sendiri itu. Ia tak henti-hentinya menarik nafas panjang membuat bunda dan ayahnya tertawa melihat pertengkaran kedua kakak beradik itu

"Gila, tidur jam 9 pagi bangunnya jam 9 malam, simulasi mati?" ledeknya lagi

"Kakak ngomongnya!" Sang bunda menjitak kepala Arm pelan membuat Gulf tertawa puas, "Kurang keras bun!!"

Malam ini mereka tengah berkumpul di ruang tamu rumah tersebut. Bibi pembantu tersenyum hangat, rasanya terharu saat rumah yang biasanya sangat sepi tiba tiba ramai dengan suara suara sang pemilik rumah

"Kayaknya Gulf bukan manusia Bun, dia kebo!"

"Kakak pernah tidur dari pagi sampe pagi lagi lohh.." bundanya sedikit mengulas tentang kenangan Arm selagi kecil

"INI UDAH BUKAN KEBO LAGI NAMANYA!!" Seru Gulf semangat sembari memasang wajah meledek ke arah Arm. Arm sendiri mendengus kasar, kenapa bundanya malah membuka kartu???

Gulf to be happy [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang