chapter 7

12.8K 1.2K 299
                                    

Halo halo🌞🌞🌞
Jangan bosan dengan notifikasi dari cerita ini ya
Vote dan komennya kakak🌞❤️

Happy reading

-

-

-

-

Gulf tengah membereskan pakaiannya, hari ini ia pulang dari rumah sakit. Gun dengan yang lainnya membantu Gulf dan Zee mengurus administrasi

Dimana Mew?

Laki laki itu juga tengah mengemasi barang barang dan pakaian, bedanya dia dengan Art

"Mew, tolong bantu Art berjalan na... Oma takut dia terjatuh" Mew mengangguk

Ia berjalan ke arah Art yang tengah memakai sepatunya, berjongkok lalu membantunya mengikat tali sepatu tersebut

"Phi Mew ngga usah.."

"Kebiasaan... belum bisa ngiket tali sepatu" ucap Mew sambil mengacak rambut laki laki itu hingga berantakan. Art memajukan bibirnya dan hal itu membuat Mew dan Oma nya tertawa dengan tingkah lucunya

"Ayo, pelan pelan" sebelah tangan Mew digunakan untuk menggenggam tangan Art, dan sebelahnya lagi bertengger pada pinggangnya

Art sendiri melingkarkan tangannya pada pundak Mew nyaman. Sang Oma berjalan lebih dahulu dengan tas yang ia jinjing

Art menurunkan tangannya dari pundak Mew, ia menunduk saat matanya menangkap seseorang yang menatapnya dengan tatapan tajam

Dia Gun

Mereka berpapasan di lorong rumah sakit, dengan Gulf yang tengah duduk menunggu yang lain dan Gun yang menatap Art seakan ingin membunuh

Mew menatap Art lalu pandangannya teralih melihat objek yang dilihat laki laki itu. Sejenak dia terkejut, namun ia kembali menetralkan mimik muka nya

Ia berjalan tanpa menoleh ke arah Gulf sambil menuntun lengan Art untung bertengger pada bahunya lagi

Gun mengepalkan tangannya, mulut dan hatinya tak henti menyumpah serapahi Mew dan Art yang dengan tidak tahu dirinya melewati Gulf yang notabennya adalah pacarnya sendiri

"Lo tahu? Dia selalu berhasil bikin gue terluka" Gun menoleh, ia mendapati Gulf berbicara tanpa menatapnya

"Tapi gue selalu gagal buat benci dia, gak adil kan?" lanjutnya

Gun berjongkok lalu memberikan pelukan hangat bagi sahabatnya

-

-

-

-

Mew, Art dan Oma nya Art telah duduk nyaman di mobil Mew. Oh ya, Art hanya tinggal dengan sang nenek, orang tuanya bekerja keras demi menghidupi putra satu satunya mereka

Mew menghidupkan mobilnya setelah memasang sabuk pengaman pada laki laki disampingnya, setelah selesai ia melajukan mobilnya santai

"Phi Mew" ucapnya memecah keheningan

"Kenapa hm?"

"Gulf ada disana tadi, aku jadi engga enak" ia memainkan jarinya

"Gak papa lahh, dia pasti ngerti kok. Gulf gak boleh egois, lagian dunia nya Mew bukan cuma Gulf, iya kan Nak?" Sang Oma menjawab kekhawatiran cucunya

"Iya... kamu tenang aja.. Gulf pasti ngerti"

Jawab Mew membuat senyum di wajah Art terbit

-

-

-

Gulf telah sampai di rumahnya. Semuanya sudah pulang menyisakan dirinya dan bibinya di rumah tersebut. Ia merogoh ponselnya, menekan panggilan pada nomor Mew

"Halo?"

Gulf mengerutkan alisnya, ini seperti bukan suara Mew

"Mew nya kemana? Handphone nya dipegang siapa ini?"

"Oh Gulf, handphone Phi Mew lagi di pegang aku, maaf ya aku lancang... tapi Phi Mew nya lagi mandi jadi aku angkat"

"Kalo udah selesai mandinya tolong balikin, gak sopan!"

"Kenapa sih? Lagian Phi Mew bolehin aku buka buka handphone nya kok"

Gulf menggeram kesal, "Art dengerin gue"

"Gue Pacar Mew, dan Lo cuman mantannya, jadi tolong hargai gue sebagai pacarnya disini"

Terjadi keheningan selama beberapa detik, Gulf mencoba menetralkan nafasnya yang tak beraturan, terlanjur kesal dengan laki laki diseberang sana

"Aku engga peduli, aku tutup"

Sambungan tersebut langsung dimatikan sepihak dari sana. Gulf mengusap wajahnya kasar lalu membanting ponsel tersebut hingga pecah

Ia merebahkan dirinya di kasur empuknya, otaknya terus berfikir bagaimana caranya jadi prioritasnya Mew walaupun kecil kemungkinannya. Gulf memejamkan matanya erat lalu berniat tidur untuk melupakan sejenak tentang Mew

Gulf to be happy [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang