Chapter 42

11.2K 1K 96
                                    

Hueeeeeeee aku dibikin nangis sama komenan kalian:(( 
Makasih banyak buat yang udah support,aku engga bisa bales komenan kalian satu satu,aku cuman bisa bilang disini makasih bgt buat yang udah support aku.Aku juga minta maaf kalo cerita aku ngebuat salah satu dari kalian berantem:( Aku harap itu engga terjadi lagi ya..

Yaudah engga banyak basa basi lagi
Jangan lupa vote sama komennyaa ya!

Happy Reading!🌻

Seseorang tengah berbincang dengan pria berjas hitam. Dia tengah fokus melihat sesuatu dalam laptop tersebut. Menghembuskan nafasnya pelan guna meredam emosi yang hendak membuncah kemudian menatap pria itu, "Jadi, ini rekaman cctv di salah satu toko disana, dan dapat disimpulkan jika Gulf tidak bersalah?"

Pria didepannya mengangguk tanpa keraguan, "Benar, Gulf terlihat tidak mendorong Art namun Art sendiri yang menarik dirinya sendiri ke jalan, malah Gulf sempat menarik Art agar tidak melakukannya"

"Apa ini seperti kasus pencemaran nama baik dan tuduhan palsu?"

Pria itu mengangguk lagi, "Art seperti melakukan tindakan percobaan bunuh diri, dan memberikan keterangan palsu"

"Cih, anak kecil itu harus diberi pelajaran bukan?"

Pria didepannya tampak mengangguk ragu, "Bagaimana dengan keluarganya?" Tanya seseorang itu lagi

"Art tinggal bersama neneknya, dan kedua orangtuanya mempunyai bisnis yang bekerja sama dengan perusahaan anda tuan"

"Jabatan?"

"Apa tuan becanda?"

Pria didepannya terkekeh pelan, "Baiklah aku mengerti, terimakasih na.. uangnya seperti biasa akan di transfer oleh sekretarisku"

Pria didepannya mengangguk sopan, "Tentu tuan, terimakasih"

Seseorang tersebut mencabut flashdisk yang menancap disana kemudian disimpan dalam tas nya. Ia bangkit, menepuk pundak pria itu kemudian pamit pergi

-

-

-

"Hoekkk hoekkk" Gulf terduduk lemas di toilet kamarnya. Lagi lagi cairan putih yang ia muntahkan. Dia mengusap perutnya pelan berharap rasa mualnya berlangsung menghilang

Gulf bangkit, berjalan dengan lemas ke kasurnya kemudian merebahkan dirinya. Obat sudah dimakan namun tidak memberikan efek yang besar terhadapnya, hanya memberikan efek agar pusingnya tidak terlalu menyakitkan

Gulf meraba kepalanya, masih bersyukur ia tidak kehilangan seluruh rambutnya seperti kebanyakan penderita lainnya. Rasa sesak, pusing dan mual kembali ia rasakan, dengan cepat ia meraih obatnya kemudian meneguknya beberapa butir tanpa memikirkan apa yang akan terjadi berikutnya

Yang Gulf harapkan, rasa sakitnya menghilang

Disisi lain, tengah terjadi pertengkaran hebat antara Mew dan Papanya. Rumah tersebut bagai kapal pecah setelah papa nya membanting perabotan di rumah tersebut. Mami Mew hanya terisak pelan di kamarnya, tak kuasa melihat suami dan putra semata wayangnya bertengkar begitu hebat untuk pertama kalinya

"SUDAH KU BILANG TUNANGAN DAN MENIKAHLAH DENGAN ART!! ITU AKAN MEMBANTU PERUSAHAAN PAPA!!"

"Apa pernikahan Mew cuman dilandasi oleh kesepakatan? apa jaminan pernikahan Mew adalah perusahaan papa yang akan membaik? apa papa engga mikirin perasaan Mew? Kebahagiaan Mew? bagaimana jika Mew engga bahagia dengan ini??"

"Alasan kamu engga bahagia apa Mew? Kamu sayang sama Art begitu pula sebaliknya, kalian tumbuh bersama dan apa yang ngebuat kamu  engga bahagia??" Tanya papanya tidak mengerti

"PAPA AKU MENCINTAI GULF!!!" Hancur sudah pertahanannya, air mata tak dapat lagi dibendungnya. Tapi Mew lega, setidaknya ia telah mengatakan apa yang selama ini mengganjal di hatinya, dia harap... papanya bisa mengerti

Tercipta keheningan beberapa saat, hingga jawaban dari papanya membuat Mew merasa lemas begitu saja, "Putuskan kekasihmu dan turuti permintaan papa!"

Setelah mengatakan itu, papa berjalan menjauhi Mew tanpa memikirkan perasaan putranya. Apa kebahagiaan Mew begitu tidak penting sampai sampai papanya menyuruhnya untuk melepas sumber kebahagiaannya?

"ARRGHHH!!!" Ia membanting barang yang tersisa disana kemudian berjalan dengan penuh amarah ke kamarnya

Mew mendudukkan dirinya di pinggiran kasur, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya kemudian menangis terisak, tak menyadari jika maminya memperhatikan putranya dari celah pintu kamarnya

Maminya menatap malang Mew, tak pernah sekalipun ia melihat putranya menangis seperti itu. Mami membuka pintunya perlahan, berjalan mendekati ke arah Mew kemudian duduk disamping Mew

Mew mendongak, matanya yang sembab menatap netra teduh sang ibu. Sedikit merasa tenang setelah melihat senyum yang melengkung dari sudut bibir maminya, hingga tak lama ia memeluk maminya erat

"Mami maaf Mew cengeng.."

Mami mengusap kepala Mew sayang, "Menangis bukan berarti kamu cengeng, kamu hanya mengekspresikan perasaan kamu yang engga bisa kamu ungkap... tidak apa apa menangislah.."

Mew semakin memeluk sang ibu erat, hingga tak lama isakan isakan terdengar kembali oleh sang ibu, sedikit menyayat hatinya mendengar putra kuatnya menangis

"Hiks mami....Mew mau Gulf"

-

-

-

"Sudah cukup menghancurkan kehidupan cucu saya! Saya ingin kamu lepaskan Mew."

Gulf menghela nafasnya, wanita tua didepannya terlihat sangat menyebalkan dimatanya, "Nenek tidak bisa memaksakan kehendak, coba belajar memikirkan perasaan orang lain." Katanya santai. Saat ini mereka tengah berada di salah satu cafe di dekat rumah Gulf, suasana cukup ramai ditambah gelak tawa anak muda yang tengah duduk berkumpul bersama temannya

"Apa maksudmu! Anak zaman sekarang tidak mempunyai sopan santun terhadap yang lebih tua! Apa orang tuamu tidak mengajarkan tata Krama padamu huh?" Kedua tangannya dilipat dan diletakkan didepan dada, menambah kesan angkuh pada dirinya

"Kita realistis saja, nenek sopan saya juga sopan. Lagian, umur tidak menentukan siapa yang harus sopan kepada siapa. Suatu kewajiban untuk sopan terhadap sesama,"

"Kamu--!!"

"Nenek mengataiku tidak memiliki sopan santun, apa cucumu begitu sangat santun Nenek? Huh mari tanyakan pada teman sekelasnya bagaimana perilakunya di sekolah"

"Cukup!! Setidaknya cucuku tidak pernah merebut kekasih orang lain!!" Ucapnya tajam. Gulf seketika tertawa terbahak-bahak membuat beberapa pasang mata melihat ke arahnya

"Lucu banget..." Gulf mengusap ujung matanya yang berair, "Nenek, coba buka mata nenek selebar mungkin, jangan karena dia cucu nenek, kau menjadi buta akan segalanya. Saya permisi"

Bagus Gulf! Kau membuat seorang wanita tua menyumpah serapahi dirimu. Tapi tak apa, setidaknya dia lega

"Tidak pernah merebut kekasih orang lain huh? Omong kosong sialan!"

Gulf berjalan sembari menunduk, tak sadar jika sebuah mobil mengikutinya dari belakang hingga sosok Gulf hilang dibalik pintu rumahnya

"Jalan sendirian di tengah malem? Abis ngapain coba"

Mew menggelengkan kepalanya guna mengusir pikiran negatif yang bermunculan di otaknya. Dia menjalankan mobilnya lalu pergi dari pekarangan rumah Gulf

Gulf to be happy [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang