EXTRA PART (3)

822 53 13
                                    

Bismillahirrohmanirrohiim.

Alhamdulillah, aku cepet Up nya.

Hallo, apa kabar?

Happy Reading:)

.
.
.

💕💕💕

Sampai sekarang pernikahan mereka sudah memasuki tahun ke dua, sudah berada di rumah sendiri.

Rasanya, keberkahan semakin bertambah pada keluarga kecil Afkar dan Adiba.

Namun, selalu saja pemikiran Adiba mengganggunya.

Belum ada tanda-tanda kehadiran seorang putra ataupun putri.

Segala kekhawatiran selalu menyelimutinya. Walaupun Adiba tidak memperlihatkan itu kepada Afkar. Afkar merasakannya, seolah dia adalah bagian dari tubuh Adiba.

Bagaimana tidak? Afkar sangat mencintai Adiba, demi Tuhannya.

Padahal rasa khawatir hanya akan menghancurkan pikiran positif yang sudah dibangun.

"Kenapa, Umi?" Afkar menghampiri Adiba yang sedang duduk di ruang tamu, memegang sebuah buku, namun fokusnya bukan pada buku tersebut.

Adiba hanya memandang Afkar, pandangan yang berubah sedih.

"Ceritalah, Sayang," pinta Afkar. Dia mendekap Adiba dalam pelukan. Memberi sedikit perlindungan.

Itulah satu dari banyaknya fungsi keluarga. Suka dan duka bersama. Tidak menutupi sesuatu.

"Aku ...," Adiba ragu melanjutkan perkataannya.

Afkar mengerti betul tentang perasaan Adiba.

"Tidak apa-apa, Sayang." Senyuman mulai terukir di bibir Afkar.

Afkar beralih menatap Adiba lalu melanjutkan kata-katanya. "Sayang, aku mencintaimu karena Allah, aku menikahimu karena Allah untuk menjadi bidadariku sampai akhirat. Soal anak, mungkin belum saatnya, kita masih harus bersabar dan terus berdoa."

Adiba mengangguk, langsung memeluk Afkar.

"Bagiku, saat aku menikah, anak adalah hadiah dari Allah, bonus atas pernikahan. Namun, bukan berarti kita belum dikarunia lalu kita bersedih. Allah, pasti punya rencananya sendiri, Sayang. Sabar, ya. Ada aku disini," ucap Afkar dengan ucapan yang tenang dan penuh kelembutan.

Cuup ...

Afkar mencium kening Adiba, cukup lama.

Adiba balas mencium punggung telapak tangan Afkar, seperti bersalaman, "Terimakasih, Imamku, Imamku."

Kini Adiba tersenyum cantik.

"Uh, imut banget sih," kata Afkar manja seraya mengacak lembut puncak kepala Adiba.

Mereka berpelukan kembali.

***

Libur hari ahad sudah selesai, saatnya Afkar kembali beraktifitas.

Hari ini, Afkar ada sebuah undangan dari sahabatnya semasa SMA sampai sekarang, Reski.

Acara akikah anaknya.

Akhirnya.

Kini, Afkar duduk manis di kursi sofa, membaca koran, menemukan berbagai rangkaian cerita dan berita menarik dan membuat gelengan kepala.

Menunggu sang istri yang sedang berhias.

Adiba masak dulu, makanya lama. Kan udah di rumah sendiri.

"Aby ... Umi udah siap," ucapnya yang keluar dari kamar.

"Kalau begitu, ayo kita berangkat."

"Ayo, bismillah. Ini kuncinya, ya, Aby."

"Iya, kamu ke mobil aja," Perintah Afkar karena dirinya ingin mengunci pintu rumah dulu sebelum pergi.

Tak lama, mobil mewah milik Afkar keluar dari garasi. Melaju dengan kecepatan normal.

Kata Adiba, pelan-pelan saja, yang penting selamat, jangan mengejar kematian.

Sebelum berangkat tadi pastinya Afkar dan Adiba sudah berdoa.

Namun, tidak ada salahnya mencegah dari pada mengobati.

***

MasyaAllah. Sudah ramai ternyata, Afkar dan Adiba terlambat 35 menit dari waktu undangan, karena perjalanan juga memakan waktu.

"Assalamu'alaikum, Bro ...," sapa Afkar ketika melihat sahabatnya, begitu pun dengan Adiba.

"Jamilah, ya, anaknya, Kak. Persis wajah Ibu dan Ayahnya," puji Adiba kepada bayi berumur tujuh hari itu sambil memandang wajah Reski dan Kayla--istrinya.

"Terimakasih, Adiba. Mau gendong?" tawar Kayla kepada Adiba.

Kayla tahu saja, bahwa Adiba menantikan tawaran itu.

Saat Kayla menatap wajah Adiba ketika memuji tadi, Kayla menangkap aura bahagia melihat anak bayi di wajah Adiba. Dan, Kayla tahu bahwa mereka belum dikarunia anak.

Alhamdulillah, peka.

"Mau, Kak," jawab Adiba antusias.

"Ini ...," Kayla memberikan secara pelan-pelan.

"Wah, semoga ketularan, ya. Cepet-cepet dong, haha," kata Reski kepada Adiba sambil menatap Afkar, terkekeh pelan.

"Allahumma aamiin," jawab Adiba.

Pukul 08.30 WIB

Setengah jam lagi acara dimulai.

***
TERIMAKASIH BANYAK KALIAN, SUDAH MEMBACA CERITA ADIBA DAN MENINGGALKAN JEJAK🌹🌹

Salam manis dari Aku.
Salam sayang dari Afkar-Adiba.

See you nexttt:)

Jangan bosan yaaah:)

Jangan lupa vote dan ramaikan kolom komentar.🌼

Mampir juga ya ke cerita aku yang satu, 'Jadilah Seperti Matahari'.

InsyaAllah, secepatnya Update untuk Part Baru.🌼

Yang udah mulai sekolah online lagi atau udah sekolah offline. SEMANGAT!

Dahhh...

Be happy.



Adiba | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang