Bismillahrrohmanirrohiim
Selamat Membaca Cerita Adiba💜💜💜
Dari semalam pertanyaan, "siapa sebenarnya orang dibalik hadiah itu?" terus mengganggunya. Sungguh Adiba tidak menginginkan hal itu untuk ia pikirkan. Tak jelas. Sampai ia menebak-nebak, tapi tetap saja itu membingungkannya.
Tak berani bertanya kepada sahabatnya mengenai hadiah kotak kecil itu.
Sampai akhirnya ia harus berani
menyakan hal itu. Tak bisa jika itu harus selalu mengusik pikirannya."Mmm, Fa, mau nanya." ucap Adiba ketika sudah sampai di dekat tempat duduk Fafa. Ragu sih.
Terlihat Fafa sedang fokus dengan kerjaannya, tapi tetap mendengarkan Adiba.
"Yah, silahkan. Tanya aja, insyaallah gue sanggup jawabnya."
"Bismillah," ucap Adiba dalam hati.
"Baiklah," jawab Adiba.
"Kotak hadiah itu dari siapa?" to the point.
"Ha? Apa?" Fafa sedikit terkejut, yang tadinya ia fokus menyalin catatannya yang ketinggalan, langsung menoleh mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Adiba.
"Kenapa? Salah, ya?" Adiba dengan ekspresi bingungnya.
"Enggak sih. Tapi," Fafa mencoba menelan ludah dan menarik nafas untuk melanjutkan kalimatnya. Jujur sekarang dia dihadapkan dengan kebingungan. Nggak jujur, rasanya gimana, tapi kalau Fafa jujur, udah terlanjur janji, nanti nggak amanah, dan jadi dosa.
Fafa menarik nafas gusar sekali lagi lalu ia melanjutkannya. "Ba, maaf, gue nggak bisa kasih tahu tentang itu. Dia hanya pengen lo tau kalau itu dari 'Perantara Allah' bukan dari namanya yang sebenarnya." akhirnya. Fafa cukup hati-hati menjelaskannya. Cukup lega setelah kalimat itu keluar dari mulutnya.
"Ya, oke. Nggak apa-apa kok." senyuman manis Adiba perlihatkan kepada Fafa.
Tidak semua pertanyaan di dunia ini harus ada jawaban. Karena terkadang ada banyak hal juga yang tak bisa kita fikirkan dan tak bisa masuk akal jika difikirkan.
Adiba cukup terharu atas penuturan Fafa. Dimana Fafa pasti bingung. Disisi lain Adiba adalah sahabatnya, dan disisi lain juga dia sudah berjanji, jadi harus ia tepati. Bagaimanapun itu.
Adiba bersyukur bisa memiliki sahabat yang tak goyah akan kedekatan ketika memegang amanah. Masyaallah.
"Alhamdulillah, aku salut sama kamu." ujar Adiba.
Fafa juga sangat bersyukur. Fafa tak salah berteman dengan Adiba. Orang yang sangat baik.
"Makasih, ya. Kamu sabar aja, pasti kamu juga bakal tahu siapa orangnya." senyum haru.
"Aamiin." Adiba langsung memeluk Fafa.
"Jadi baik, terus, ya, Adiba." bisik Fafa.
"Iya, kamu juga. Sama-sama terus berbenah, ya. Kita Sahabat." hampir mau nangis Adiba mendengar dan menjawab kalimat tersebut.
Tiba-tiba di belakang Adiba bertambah satu orang.
"Ih, kok nggak ajak-ajak Rere sama yang lainnya sih?" kekanak-kanakan sedikit. Sifatnya yang seperti ini hanya akan terlihat ketika ia bersama sahabat-sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiba | Selesai
Teen FictionAdiba Taufikiyah Zavina. Muslimah berwajah cantik yang tumbuh di lingkungan keluarga religius dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia tidak pernah mengenal apa itu cinta, kecuali dari ayah, bunda, dan abangnya. Namun, seiring berjalanny...