Bismillahirrohmanirrohiim
Hai, Guyss..☆☆☆
Adiba merasa tak nyaman. Pulang dengan tiga cowok sekaligus.
Ketiganya asyik mengobrol, Adiba seperti tak dianggap. Bagaikan angin yang berterbangan.
Berada di tengah-tengah ketiga cowok ini membuat Adiba seperti patung.
"Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?" gumam Adiba. Sangat pelan. Tak disangka indra pendengaran Afkar menangkap suara Adiba.
Afkar sadar akan hal itu, peka.
"Oh astaga, gue lupa ada lo. Maaf ya." ucap Afkar, cengar-cengir.
"Nggak apa-apa kok, Kak."
"Ya ampun, Bro. Kenapa di anggurin sih?" Zival ikut bersuara.
"Maksud, Kakak?" Adiba menoleh ke belakang. Memastikan apa maksud dari perkataan Zival.
"Udah lo diem aja!" suruh Reski kepada Zival.
"Enggak. Salah ngomong." celah Zival.
"Udah, Kak. Aku turun aja disini. Aku bisa jalan dari sini. Deket kok."
"Enggak."
"Kak ... "
"Oke. Kalo itu mau lo, silahkan. Tapi, gue tetep akan mastiin lo sampe rumah dengan selamat. Gue akan ngikutin lo dengan mobil, pelan-pelan."
Pemuda sejati.
"Terserah, Kakak!"
Adiba sedikit kesal. Berada di tengah mereka, dianggurin. Dan ketika diajak berbicara, sepertinya itu bukan kata-kata yang baik.
"Ini lebih baik." Sepertinya kata-kata itu yang ada di pikirannya sekarang.
Adiba turun dari mobil.
Adiba sedikit menyesal karena menerima ajakan Afkar. Ia tak menyalahkan Afkar atau teman-temannya. Tetapi, ia sedikit kesal dengan situasi ini.
Adiba berjalan. Masuk kompleks rumah Neneknya. Sedikit lagi.
Dan benar saja. Sampai detik ini Afkar masih mengikutinya dari samping.
"Val, lain waktu lo nggak usah ngomong apa-apa lagi aja, ya. Gue nggak marah kok. Ini salah kita semua. Dari awal kita kayak nggak anggap Adiba ada."
"Ya, oke."
Kini rumah Neneknya sudah terlihat.
Dan ketika berbelok di halaman rumah Neneknya, ia mulai merasa pusing yang sangat hebat.
Afkar yang sadar akan langkah Adiba yang mulai aneh segera turun dari mobil, menyusul Adiba.
"Lah, katanya mau balik? Cuman mau mastiin Adiba sampe rumah, kok ini malah pergi nyusulin?" tanya Reski bingung.
Zival hanya mengangkat bahu, seolah-olah berkata 'aku tidak tahu'
PRUUKK
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiba | Selesai
Teen FictionAdiba Taufikiyah Zavina. Muslimah berwajah cantik yang tumbuh di lingkungan keluarga religius dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia tidak pernah mengenal apa itu cinta, kecuali dari ayah, bunda, dan abangnya. Namun, seiring berjalanny...