Bismillahirrohmanirrohiim
Happy Reading ...☆☆☆
Gerimis. Afkar senang mendengar rintikan hujan yang jatuh secara perlahan. Membawa kesejukan dan rahmat dari sang pencipta. Malam ini.
Hari ini genap ia berusia 16 tahun, rasanya ia sudah semakin dewasa.
Pukul 19.00 WIB acara akan berlangsung.
Di dalam lubuk hatinya, ia merasakan sesuatu dalam hatinya. Apakah itu?
Sebuah debaran yang berbeda ketika mengingat itu wanita itu. Cinta? Ya Allah!
"Sudahlah, Afkar! Fikiranmu jangan mengada-ngada."
Satu persatu tamu undangan berdatangan, memenuhi besarnya ruangan yang disediakan.
"Mungkin dia masih kurang sehat," ucapnya, berfikiran positif.
Afkar berdiri di kerumunan para tamu, bersama dua sahabatnya, siapa lagi jika bukan Reski yang scerdas lagi bijaksana, dan Zival yang agak loading tapi berisi dong, otaknya ya.
"Selamat bro, kurangin tuh wajah keselnya," ujar Reski, memberi selamat dan juga berharap kebaikan untuk sahabatnya.
"Apa? Selamat mau mati? Iya, gue minta maaf."
"Hus ... Santai ajalah!"
"Lah iyakan? Kita harus siap siaga."
Kenapa tidak? Untuk mengingat hal yang semua orang akan merasakannya. Karena pada kenyataannya sebaik-baik pengingat adalah kematian.
Lalu? Apa yang salah?
Salah jika kita tidak pernah mengingatnya sama sekali. Menganggap bahwa itu adalah hal yang sepele. Tetapi, itu tepat berada di depan kita.
Hanya satu pertanyaan. Apakah kita siap?
"Assalamu'alaikum ... " wanita sholehah itu datang dengan gaun cantiknya yang syar'i, walaupun masih sedikit pucat ia mengahadiri undangan malam ini.
"Wa'alaikumussalam, Adiba, ya?" Adiba disambut senyum ramah dari perempuan yang kira-kira berusia seperti Abangnya.
Dari sekian banyak undangan, Adiba sangat berbeda, dari auranya saat masuk dan pakaiannya.
Sudah terlihat bahwa dia adalah 'ADIBA', karena Afkar sudah memberi sedikit gambaran mengenai wanita sholehah itu kepada Kakaknya.
"Iya, Kak.""Cantik. Ayo masuk, udah ditunggu."
"Alhamdulillah. Siapa?"
"Kamu, di tunggu Afkar."
Memang benar. Afkar kira Adiba tidak akan datang karena keadaanya.
Adiba hanya tersenyum. Sepertinya bertanya pun tidak akan dapat jawaban.
Acaranya tiup lilin lalu potong kue antara Afkar dan Kakaknya akan segera dimulai.
Para tamu undangan berkumpul di meja utama, menyaksikan momen itu bersama. Adiba juga berada di antara orang-orang banyak itu.
Acara tiup lilin sudah berlangsung dan disusul potong kue.
Ini saat yang ditunggu. Memberikan kue pertama ataupun kedua Afkar serta Kakaknya, kepada siapa?
"Kue pertamaku, akan kuberikan kepada ... Papa." ucap Afkar mendekati Papanya yang berada di dekatnya.
Begitupun dengan Kakaknya.
Dan kue keduan Afkar diberikan kepada kedua sahabatnya.
Acara potong kue akan segera selesai setelah itu, namun ketika akan sampai pada penghujungnya, Kakaknya Afkar bersuara kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiba | Selesai
Teen FictionAdiba Taufikiyah Zavina. Muslimah berwajah cantik yang tumbuh di lingkungan keluarga religius dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia tidak pernah mengenal apa itu cinta, kecuali dari ayah, bunda, dan abangnya. Namun, seiring berjalanny...