🌸❤
Pernikahan antara Afkar dan Adiba sudah berlangsung tiga bulan.
Adiba masih tetap tinggal bersama kedua orang tuanya.
"Terimakasih sudah menyempurnakan separuh agamaku, Kak," ucap Adiba.
Kondisi yang belum memungkinkan, membuat Adiba dan Afkar berlibur bersama. Saat ini Adiba masih dalam semester tujuh, sangat sibuk.
Dengan setia Afkar selalu menemaninya dan mengantarkannya.
Saat ini Afkar bekerja di sebuah kantor KUA, yang sesekali mengisi ceramah jika ada yang mengundangnya.
☆☆☆
Terkadang keduanya masih malu-malu jika saling memandang satu sama lain.
Mereka mulai menyeimbangi dan memahami diri pasangannya.
Rasanya, memulai pacaran setelah ijab kabul, lebih menyenangkan. Walaupun masih ada malu-malunya. Tetapi, unsur dosanya menjadi pahala.
Mereka hidup bahagia bersama sekarang. Walaupun, terkadang sibuk akan kegiatannya masing-masing.
Namun, tidak mengurangi keharmonisan rumah tangga mereka saa ini.
"Di, baca deh!" ucap Afkar seraya memberikan handphonne-nya kepada Adiba.
"Oke, aku baca dulu, Kak." Kebiasaan Adiba memanggil Afkar dengan embel-embel 'kak' tidak hilang sampai sekarang. Katanya, dia lebih nyaman memanggil Afkar begitu.
Adiba ... Bidadariku ...
Kamu tahu? Ketika pertemuanku bersamamu waktu itu, menyisahkan getaran manis dalam hatiku. Saat itu juga, aku bertekad menta'arufimu.
Namun, tiba pada perpisahan kita lima tahun lalu, diriku berulang kali mencerna apa yang baru saja terjadi, aku tidak mwngejarmu bukan karena tidak ingin menyaksikan kepergianmu. Tetapi, aku tidak mau semakin menyiksa diriku.
Tidak ada yang pernah tahu perasaanku, kecuali kedua sahabatku, keluargaku, atau bahkan Fafa, sahabatmu, itupun jika dia sadar.
Kamu ingat? Tentang hadiah dari seorang misterius? Itulah aku. Aku diam-diam mengenalmu dan menanyakan kabarmu, ketika kamu sakit, atau bahkan datang ke UKS. Namun lucunya, ketika sampai di depan UKS, langkahku kelu, tidak mau berduaan denganmu.
Dan pada akhirnya sekarang kita sudah duduk bersama disini, terhubung dalam satu ikatan cinta dari Allah.
Terimakasih, Adiba ...
Adiba langsung memeluk Afkar ketika selesai membaca tulisan yang baru saja diketik oleh Afkar.
"Iya, aku ingat. Aku bener-bener nggak nyangka atas semua itu, intinya saat ini aku bahagia dan bersyukur, Kak."
Adiba sangat terharu, air matanya sampai mengalir.
"Alhamdulillah."
Afkar membalas pelukan Adiba.
☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiba | Selesai
Teen FictionAdiba Taufikiyah Zavina. Muslimah berwajah cantik yang tumbuh di lingkungan keluarga religius dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia tidak pernah mengenal apa itu cinta, kecuali dari ayah, bunda, dan abangnya. Namun, seiring berjalanny...