EXTRA PART (2)

482 48 20
                                    

BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM

Hai, Kalian, Yang Baca:) Makasih, ya!

Jangan lupa tinggalkan vote dan pandangan kalian di kolom komentar yaa, gaessss:)

Happy Sunday.🌄🌄

Happy Reading.🌈🌈

💕💕💕
_________

"Bismillah, mari kita mulai lagi," ucap Afkar memandang lembut ke arah kekasih halalnya.

"Maksud, Aby?" Adiba bingung. Kurang mengerti apa kata Afkar.

"Iya, mulai lagi ... pacarannya, kan udah halal."

"Ih ... Aby. Jadi malu," Adiba senyum-senyum, tersipu malu.

Hem.

Demi apa keromantisan setelah akad akan selalu hadir tak kenal waktu.

Bukan Afkar, jika tidak bisa mencintai Adiba dengan sangat dalamnya.

Semenjak saat pertama kali ia bertemu wanita di depannya ini, bidadarinya. Ia sudah bisa merasakan bahwa ada cinta yang tercipta.

Namun, dengan gentle-nya Afkar, tidak mau mengakui itu semua. Tidak ingin terburu-buru dan lebih ingin menjaga cintanya.

Alhamdulillah, takdirnya bersama Adiba.

Inilah jodoh dari Allah.

***

"Loh, kok belum siap-siap sih?" Bunda menghampiri Adiba dan Abangnya yang sedang berbincang-bincang tentang perubahan setelah menikah.

Mungkin karena jarang bertemu, mereka juga jarang berbincang panjang lebar.

"Mau kemana emang?"

"Nggak kemana-mana sih, tapi udah mau maghrib." Bunda tersenyum.

Padahal pikiran Fatul sudah berjalan kemana-mana, menyusuri lorong-lorong indah, entah di mana.

Hem. Bunda emang selalu bisa. Bisa gitu

Ya, kenyataan memang ketika kita akan mendirikan salat, maka kita sedang berjalan menuju kemenangan, sebagaimana lafaz adzan yang berbunyi "hayya 'alassholah (mari menuju kemenangan)". Jadi dengan sadarnya kita sedang menuju kemenangan yang telah Allah janjikan.

Tidak usah terlalu jauh memikirkan atau berekspetasi tentang kemenangan.

Namun, kerjakan salat maka sejatinya kita akan menang.

Karena faktanya, semua itu tidak sulit.

"Iya, Bundaku Sayang," ucap Adiba dan Fatul secara bersamaan kemudian mencium pipi Rani secara bergantian lalu berjalan masuk.

Bunda tersenyum. Senang. Bersyukur. Bangga. Tidak menyangka.

Kenapa?

Walaupun keadaannya tidak sama lagi, dan walaupun Rani belum ditinggalkan oleh kedua anak yang sangat ia sayangi sepenuhnya, kesepian sudah menyelimutinya, namun untung saja perlakuan kedua anaknya masih bisa membuatnya merasa senang dan merasa tidak ditinggalkan.

"Alhamdulillah, terimakasih, Anak-anakku!" gumamnya dengan tetesan air mata membasahi pipi yang mulai keriput tersebut.

***

Adiba duduk di ruang tamu, selesai membaca buku islami, menunggu kedatangan Afkar dan Fatul yang tadi keluar sebentar.

Adiba mengambil handphone miliknya yang ia letakkan di meja. Membuka aplikasi yang sangat populer, melihat-melihat postingan teman-temannya di instagram, sampai ia tertuju pada satu postingan yang membuatnya teringat sesuatu, sampai mengeluarkan cairan di kelopak matanya.

Sedih lagi.

"Assalamu'alaikum,"

Buru-buru Adiba ingin menyeka kesedihannya saat mendengar suara itu, namun ternyata tatapan Afkar cepat menangkap kesedihan Adiba, ia pun langsung menghampiri Adiba.

"Sayang! Ada apa?"

Tidak sadar, Afkar meninggalkan Fatul yang sedang bertanya sesuatu kepadanya.

Sosweet ya? Emang.

Tetapi, pasti kamu juga akan melakukan itu, bukan?

"Udah dong, jangan nangis ...!" ucap Afkar mencoba untuk menenangkan Adiba.

"Maaf," satu kata yang diucapkan Adiba, membuat Afkar bertanya-tanya (?)

"Kenapa minta maaf?"

Adiba memperlihatkan salah satu postingan di instagram yang membuatnya sedih.

"Udah, ya. Belum rezeki kita. Kita harus bersabar, ya, Sayang." Afkar tersnyum lalu memeluk Adiba.

Apa yang membuatnya merasa sedih?

Postingan? Apa?

Ya, postingan anak bayi.

Lucu sekali. Tampak bahagia. Tetapi, Adiba merasa sedih.

Setelah merasa Adiba sudah cukup tenang Afkar mengajak Adiba ke kamar untuk tidur.

***

Pukul 02.45 WIB. Afkar terbangun dari tidurnya, mendapati Adiba sudah tidak ada di tempatnya.

Ternyata Adiba sudah bangun lebih awal dari Afkar.

"Kirain kemana," kata Afkar setelah melihat Adiba keluar dari kamar mandi.

"Nggak kemana-mana kok, bersih-bersih aja."

Afkar melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar mandi. Bersiap-siap membersihkan diri untuk salat tahajud.

Setelah mendirikan salat sunnah tahajud dan salat fardhu subuh, Adiba dan Afkar keluar untuk berolahraga pagi.

"Dingin, ya." Adiba memeluk tubuhnya sendiri, memberikan kehangatan.

Baru juga di depan rumah, rasanya sudah sangat dingin.

Afkar yang melihat hal itu, sontak memeluk Adiba.

"Jangan, By, malu tahu," Adiba malu dilihat yang lain.

"Jangan diumbar di luar rumah," lanjutnya.

"Kan nggak ada orang, hehe," jawab Afkar sedikit terkekeh.

"Ekhem,"

Suara siapa? Duh, terciduk. Hehe

"Ayah?"

___________
🌄🌄🌄🌄

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA ADIBA-AFKAR SAMPAI SAAT INI💕

See you next chapter:)

Jangan bosen nunggu ya:)
Jangan lupa bersyukur:)
Bahagia dan sehat selalu untuk kita semua.💕

Adiba | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang