20 | Bucin sama Allah.

308 55 10
                                    

Bismillahirrohmanirrohiim
Haihaihai

H a p p y R e a d i n g

❤❤

"La, ada apa dengan Abangku? La, jawab!" entah apa yang ada di pikiran Adiba saat ini, intinya ia sangat sedih mendengar pertanyaan yang sama sekali ia tak tahu asalnya.

"Abang Fatul ...,"

Tut tut tut ...

Bunyi itu menandakan pembicaraannya dengan orang yang ada di seberang telepon terputus. Bertambahlah kesedihannya.

Adiba menarik nafas gusar, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Meyakini bahwa, "Semoga tak terjadi apa-apa." namun, hatinya tak bisa ikut percaya, "Oh ya allah, berikanlah keselamatan kepadaku dan orang-orang yang kusayangi." pintanya.

Adiba memutuskan untuk segera mengambil wudhu dan menunaikan sholat, ingin mencurahkan apa yang ia rasakan saat ini, sejatinya, Allah adalah tempat kembali kita.

Karena menangis saja tidak ada gunanya untuk saat ini.

☆☆☆


(Grup) tanpa nama.

Zival

Malam minggu ayo pergi ke bioskop ...

Reski
Asyik nih ...

Afkar
Apakah ini kode?

Ini siapa yang bikin grup?

Hayo, katanya nggak zaman bikin-bikin grup, lah sekarang?

Zival.
"Emang iya, ya? Kita pernah bilang 'nggak zaman'?"

Reski
Iya, Bro.

Zival.
Oh oke, maaf.

Reski
Ayolah, Afkar, susah banget kalo harus saling ngehubungin harus buka chat satu-satu atau harus telfon satu-satu, mending kan bikin grup, enak.

Afkar
"Oh, iya gue paham."

Zival

"Eh-eh, ini grup mau di kasih nama apa?

Afkar
Udah, kasih nama trio bucin aja

Zival
"Ih,sejak kapan lo alay, kar? Baru tahu gue."

Reski

"Gue tahu ya ini yang mulai bucin, tapi jangan ke kita juga ini sasarannya."

Afkar
Aduh-aduh, bro, maksud gue tuh bukan gitu, iya, ini grup bucin, bucin sama Allah. Paham nggak?"

Reski

"Wah, masyaallah, boleh tuh."

Afkar

Adiba | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang