11 | Hari Yang Berat.

397 71 13
                                    

Bismillahirrohmanirrohiim
Happy Reading:)

:(

Aku selalu berharap bahwa akan ada kebaikan dalam setiap langkahku. Semoga aku bisa berteman dengan mereka baik suka dan duka sampai diri menua. Selalu ada tawa dan tangis, itulah hidup.

"Adiba, hari ini ada rapat kan?" ucap Puspita seraya membereskan buku-bukunya yang berserakan di atas meja.

Bel pulang sudah berbunyi sedari 15 menit yang lalu, tapi Adiba belum juga beranjak dan bergerak pergi meninggalkan kelas. Perutnya sakit. Wajahnya juga sedikit memucat.
Padahal tadi tidak telat makan.

"Iya," jawabnya, "kamu nggak ikut rapat?" lanjut Adiba bertanya.

"Ikut, tapi pulang cepet. Soalnya mau periksa ke dokter."

"Periksa apa? Kamu sakit?" Adiba kaget, Puspita sedari tadi tampak biasa saja.

"Iya." Puspita sekarang terlihat pucat juga. Adiba sadar itu.

"Kok sekolah?"

"Tadi kan ulangan, sayang dilewatin, kan masih sanggup juga, alhamdulillah."

"Oh gitu. Laa ba'sa thohuurun insyaallah. Semoga lekas sembuh." Adiba mengelus-ngelus belakang Puspita dengan lembut dan penuh perhatian.

Sejatinya, jika kita mendoakan orang lain, doa itu juga akan berbalik kepada kita. Tergantung baik buruknya.

Padahal Adiba sendiri sekarang sakit. Dia tidak ingin membuat orang-orang disekitarnya susah walaupun akhirnya ia akan jatuh tak sanggup menahan sakitnya.

Puspita dan Adiba langsung menuju ke ruang RoHis untuk mengikuti rapat. Puspita jalan duluan dan Adiba mengikuti dari belakang supaya tak menghalangi teman-teman yang lain yang sedang jalan, daripada harus tertabrak oleh anak-anak yang tak sabar pulang, seakan-akan rumah mereka akan hilang saja.

Adiba menunduk sampai pada pintu ruang rapat ada dua orang laki-laki yang hendak masuk ke ruangan tersebut. Adiba berjalan terus, menahan sakit. Tiba-tiba ketika Adiba ingin masuk kakinya tak bisa bergerak karena salah seorang dari laki-laki tersebut tak sengaja menginjak rok Adiba yang panjang.

Prukkk ...

"Ya allah," lirih Adiba dan langsung terjatuh.

Gelap.

"Astaghfirullah. Adiba?" ucap Afkar kaget melihat orang yang ia kenal jatuh dan matanya tertutup, "Ki, gimana sih lo? Awas ya kalo ada apa-apa sama dia!" lanjut Afkar dengan suara yang tinggi karena kaget.

"Ya. Astaga." kata Reski tak kalah kaget.

Afkar dan Reski langsung membawa Adiba ke UKS.

Puspita? Hanya diam tak besuara. Tangannya menutupi mulut dan matanya terbuka lebar. Tak habis pikir, Adiba di gendong oleh dua laki-laki. Puspita menyusul ke UKS.

"Ini kenapa?" tanya Guru yang bertugas di UKS ketika melihat Adiba.

"Jatuh dan pingsan, Bu." jawab Puspita.

Bu Ayu memberikan minyak kayu putih di hidung Adiba agar Adiba cepat sadar.

10 menit berlalu dan Adiba akhirnya sadar.

Adiba | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang