16 | Puisi Bahasa Arab.

393 61 23
                                    

Bismillahirrohmanirrohiim
Happy Reading..






:)

Kriingg Kriingg

Bel masuk berbunyi.

Seketika koridor sekolah langsung sepi setelah mendengar bunyi itu.

Wanita paruh baya berjalan dari arah dewan guru menuju kelas X IPA 1. Hendak memberikan pengumuman mengenai perlombaan yang akan berlangsung satu minggu lagi.

"Selamat pagi anak-anak." sapa Ibu Ella setelah masuk kelas X IPA 1.

Murid-murid yang masih berhamburan segera mencari dan kembali ke tempat mereka masing-masing.

"Baiklah, anak-anak. Karena disini Ibu sebagai guru Bahasa Arab akan memberikan pengumuman penting." Bu Ella menjeda perkataannya.

Seketika murid-murid kelas X IPA 1 langsung menunduk. Antara takut atau khusyu' ingin mendengarkan apa lanjutan kalimat yang akan dikatakan Bu Ella.

"Karena siswa yang akan mengikuti lomba puisi bahasa arab sedang dalam keadaan sakit, dan lomba tersebut akan dilaksanakan seminggu lagi. Sangat tidak mungkin untuk menunggunya. Maka, Ibu akan mencari penggantinya di kelas kalian. Tentunya sudah memberitahukan hal ini kepada siswa tersebut."

Makin menunduk.
Ada yang kaget, sampai bola matanya hendak tercabut.

Bu Ella mulai memainkan matanya melihat siswa-siswinya dari arah kanan sampai kiri, dari depan sampai belakang. Akhirnya, pilihan Bu Ella jatuh pada siswa berkerudung panjang, yang duduk di bangku ke dua dari depan.

Bu Ella memang tahu jika ia pasti mampu. Terlebih ia membaca al-Qur'an sangat fasih.

"Ya, Adiba Taufikiyah Zavina, sebentar bisa ikut latihan di awula."

"Mmm, siap insyaallah, Bu."

Tanpa beralasan ini itu. Adiba langsung mengiyakan pernyataan yang diberikan Ibu Ella. Dia sangat suka bahasa arab. Apa salahnya menerima ini.

"Loh, Ba, kan kamu juga sakit."

"Udah nggak apa-apa. Kan ini untuk sekolah kita juga."

"Okelah. Semangat!"

"Insyaallah."


☆☆☆

"Baiklah, anak-anak, sekarang siapkan kertas dua lembar, kita ulangan harian sekarang."

Itu hal yang membosankan bagi siswa yang tak suka ulangan dadakan.

"Emang ulangan apa sih, Afkar." tanya Zival. Polos.

Afkar menarik nafas. Tak mau emosi dalam menjawab pertanyaan yang kurang berbotot itu.

Tanpa menjawab dengan lisan. Ia langsung menunjukkan bukunya yang tertulis BIOLOGI.

"Oh, bilang dong." teriaknya. Membuat seisi kelas menoleh kepadanya.

"Woi, lo kira ini di pasar ya?" balas salah satu teman sekelasnya.

Adiba | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang