25 | Lomba 2 (Tersentuh)

290 46 24
                                    

Assalamu'alaikum
Selamat Membaca:)

♡♡♡

Terkadang kebahagiaan tak selalu dengan kekakayaan atau memiliki segalanya.

Cukup dengan selalu tersenyum, orang lain akan membalas senyumanmu dengan kebaikan, dan ketika kamu bersyukur atas kebaikan itu, maka itulah salah satu dari banyak cara kita bahagia.

"Lo itu munafik!"

"Sok suci!"

Tanpa rasa bersalah, gadis berparas cantik ini selalu mencari-cari alasan untuk melabrak Adiba.

Rela mengorbankan harga dirinya demi seseorang yang bahkan enggan meliriknya, karena kekuatan buruknya sangat tidak baik.

Lalu apa yang harus kita lakukan?

"Maksud Kak Lisa?"

Melihat tangan lisa yang berada tepat di depannya, Adiba terdiam.

Bukan karena dirinya tidak bisa melawan, namun Adiba lebih memilih diam dan mengalah, tidak ingin mempersulit keadaan.

"Kak!" Adiba tidak ingin selalu diam saja, setidaknya ia harus membela dirinya.

"Udah deh, malaikat pembela lo nggak ada! Nggak usah makin sok deh lo!" ucap Lisa, semakin membara.

Dan sekarang ia mendorong Adiba sampai tersandar di tembok.

"Maaf, Kak, aku nggak ada waktu untuk ini. Aku nggak tahu apa maksud Kakak, dan aku tidak ingin tahu!" tegas Adiba.

Jika tidak ditegasi seperti itu, pasti Lisa juga tak akan berhenti.

Adiba segera melepaskan tangan Lisa yang mencekam tangan Adiba.

"Lepasin, Kak!"

"Dan Kakak juga nggak berhak memperlakukan aku seperti ini! Permisi." perjelas Adiba sekali lagi.

Diluar dugaan. Adiba yang terlihat polos, bisa membela dirinya sendiri.

Di dunia ini siapa sih yang ingin di perlakukan seperti itu?

Adiba tidak bermaksud seperti itu. Namun, jika kakak kelas yang bersikap seperti itu, harus kita lawan, dengan cara yang baik tentunya.

"Berani juga, ya, ini cewek sok polos," ucap Lisa. Yang sekarang telah membiarkan Adiba pergi meninggalkannya.

Bukan salah Adiba bila Lisa kesal kepadanya. Namun, terkadang kita sebagai manusia juga harus berpikir timbal balik. Bagaimana jika dirimu diperlakukan seperti itu?

☆☆☆

"Go Afkar Go"

"Semangat Afkar"

"Jagoan gue tuh, liat dong!"

"Gue yakin sih, 100 persen ini si Ka Afkar pasti menang lagi."

"Sumpah ih, si Afkar makin ganteng aja."

"Iya, coba kalo dia buka pendaftaran cari pacar, gue berdiri paling depan."

"Ngekhayal mulu lo."

"Bodo"

"Udah, si Afkar Perfect dah."

"Awas lo nanti zina mata," peringat Adit kepada para penonton yanh berasal dari sekolahnya dan sekolah lain. Enggan mendengar teriakan yang terlalu berlebihan.

Teriakan, ocehan dari penonton tak henti-hentinya ketika melihat sosok Afkar yang dipanggil namanya dan melangkah naik ke atas panggung.

Afkar melihat-lihat setiap sisi sudut panggung, mencari sosok yang ... mungkin menjadi penyemangatnya.

Adiba | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang