Bismillahirrohmanirrohiim
Happy reading
.
.
.
.
.Alrrahmanu
AAallama alqurana
Khalaqa alinsana
AAallamahu albayana
Alshshamsu waalqamaru bihusbanin
"Ya Allah, adem banget dengernya."
"Suaranya juga merdu banget."
"Gue seperti jatuh cinta pada pandangan pertama nih. Gimana dong?"
"Buset dah, ni anak kenapa jadi alay."
"Semoga imam gue yang pandai ngaji, aamiin."
"Aamiin deh!"
"Merinding."
"MasyaAllah."
Nina, Rere, dan Adiba. Mendengar lantunan ayat suci al-Qur'an dari pria berwajah tampan nan rupawan itu, terkagum-kagum, merinding.
Berhalu. Adiba biasa saja, hanya satu kalimat memuji Tuhannya yang terdengar dari mulutnya.
Siapapun, sebaik atau seburuk apapun, pasti ingin mendapat imam seperti pria yang sedang membaca surah ar-rahman ini.
"Emang itu siapa?" tanya Adiba. Mereka bertiga sedang melipat mukena mereka, dan tak sengaja indra pendengaran mereka menangkap suara lantunan kalamullah itu.
"Kak Afkar, Adiba." jawab Rere, senyam-senyum nggak jelas.
"Owalah, MasyaAllah, ya."
"Iya."
"Awas zina, Re!"
"Mengagumi biasa aja," saran Adiba yang melihat tingkah aneh sahabatnya.
Jelas. Adiba tidak ingin sahabatnya terjerumus ke dalam dosa.
"Iya, Ba, maaf! Makasih juga udah ngingetin," jawabnya, dengan raut wajah yang sedikit merasa bersalah. Sadar akan ala yang ia lakukan salah.
"Sama-sama," Adiba tersenyum.
"Eh kalian mau minum nggak?" tawar Nina.
"Boleh," respon Rere dengan cepat.
Dirinya memang hendak ke kantin, karena sedari tadi menahan haus, kering rasanya.
"Ba ... kok bengong? Mau minum nggak?" Nina menyenggol siku Adiba.
"Eh, maaf, boleh. Tapi ... "
"Udah nggak usah tapi-tapi, gue hapal minuman lo kok."
Baiklah, Adiba mengangguk setuju.
Nina akan segera berlalu dari hadapan keduanya. Namun, tangannya terasa aneh, kemudian ia melirik kain yang berada di tangannya, mukena.
Ia pun membalikkan badannya lagi.
"Titip ya, teman. Makasih!" Nina menitipkan barangnya itu ke Adiba dan bergegas pergi lagi.
☆☆☆
Untuk hal yang tidak kita ketahui, sudahlah. Jika itu hal baik, maka cari tahulah, namun jika sebaliknya, sebaiknya tinggalkan.
"Adiba?"
"Hem?"
"Lo?"
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiba | Selesai
JugendliteraturAdiba Taufikiyah Zavina. Muslimah berwajah cantik yang tumbuh di lingkungan keluarga religius dan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya. Dia tidak pernah mengenal apa itu cinta, kecuali dari ayah, bunda, dan abangnya. Namun, seiring berjalanny...