23 | Surat.

298 46 18
                                    

Bismillahirrohmanirrohiim
Hai, selamat malam...

SELAMAT MEMBACA CERITA ADIBA🌙

Jangan lupa VOTE dan Komen ya, manteman:):)

🌼🌼🌼

Bukan. Ini bukan perihal hanya sebuah surat. Namun, ini tentang siapa yang mengaku bahwa dia penggemar rahasia Adiba. Aneh bukan. Adiba bukanlah sosok yang populer di sekolah ini. Terlebih dirinya sering sakit. Lalu, apa yang membuat dirinya akan di gemari.

Perlahan Adiba membuka lipatan dari secarik kertas itu, kertas yang berukuran kecil dan mungil.

Adiba mulai membaca isi surat itu. Hatinya tertegun. Aneh. Tidak disangka.

Assalamu'alaikum...
Hai, yang lagi sakit...
Semoga cepet sembuh, ya.
Jangan sedih terus. Coba senyum deh!
Nah, senyum gitu kan adem liatnya.
Udah nggak usah mikiran hal-hal yang akan bikin diri dan hati lo sakit...
Harus semangat, ya:)
Oh iya, buku doa-doa pendek yang waktu itu jangan lupa dibaca!
Semoga sakitmu menjadi penggugur dosa. Syafakillahu, Adiba:)

To : Adiba
From : Pokoknya ada deh, manusia:)

Bukan main dengan kata-katanya. Menyentuh banget.

Bagaimana perasaanmu setelah membaca surat itu? Ya walaupun surat itu bukan ditujukan kepadamu, tapi ke Adiba.

"Aamiin. Terimakasih."

Rasanya Adiba ingin menangis. Tak disangka banyak yang senang dengan Adiba, selalu merangkul dan mendoakannya.

"Semoga Allah membalas kebaikanmu, yang aku pun tidak tahu siapa dirimu."

Manusia, tapi seperti tak kasat mata. Hem.

☆☆☆

"Anak-anak hari ini adalah hari terakhir yang bisa kalian gunakan untuk memaksimalkan latihan kalian. Ibu harap, kalian bisa berlatih sampai setelah ba'da maghrib. Dan, Ibu minta agar kalian bersungguh-sungguh."

Besok merupakan lomba puisi bahasa Arab, pidato, kalighrafi dan sebagainya akan diadakan. Mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut bu ela, membuat perasaan siswa-siswanya terasa menegang. Mereka selalu bersungguh-sungguh dalam berlatih dari hari pertama.

"Semangat-semangat!" seru Afkar dengan tangan kanan yang mengepal, terangkat.

Teman-teman yang lain membalas dengan memberikan sebuah jempol, setuju.

Afkar menghampiri Adiba.

"Nanti lo pulang bareng gue! Nggak usah komen!" ucapnya dengan nada agak memaksa.

"Nggak, Kak. Aku bisa pulang sendiri."

Sepertinya sekarang ia terang-terangan melakukan sesuatu untuk Adiba.

Ah, rasanya tidak. Ini adalah satu dari tanggung jawabnya, menjaga Adiba.

"Terserah lu deh!"

Adiba merasa tidak nyaman.

Raut wajah Afkar memang biasa saja, tapi kita tidak tahu apa yang ada di hatinya.

Kata terserah memang mampu menghipnotis seseorang merasa bersalah.

Allahu Akbar ... Allahu Akbar ...

"Guys, udah dulu latihannya, udah azan asar. Sekarang wudhu dan langsung ke mesjid." seru Afkar

Adiba | SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang