16.Tidak Terduga

1.7K 263 64
                                    

(Y/n) merentangkan tubuhnya sembari menguap kecil. Ia sedikit merapikan rambutnya yang acak acakan khas orang bangun tidur. Pandangannya ia edarkan ke sekeliling, sedikit terkejut ketika melihat langit sudah sangat cerah.

Dengan secepat kilat, ia langsung pergi untuk membersihkan diri.

Sekembalinya (Y/n) dari kegiatan membersihkan diri, ia melihat Urokodaki sedang memasak makanan untuk sarapan mereka pagi ini. Merasa bersalah, (Y/n) pun menghampiri Urokodaki lalu duduk dihadapannya

"Ano... gomenasai, aku bangun kesiangan jadi tidak bisa menyiapkan sarapan" ucap (Y/n) sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

"Tidak apa, lagipula kau kelihatannya kelelahan sekali" balas Urokodaki

Heh? Benarkah? (Y/n) memiringkan wajahnya tidak mengerti. Apa memikirkan sesuatu itu melelahkan? Jika iya, maka sudah pasti ia sangat kelelahan sekarang ini karena banyak sekali hal yang ia pikirkan

Satu pertanyaan kembali keluar dari otaknya. Memangnya kelihatan sekali kalau dia sedang banyak pikiran ya? (Y/n) meraba wajahnya, takut takut jika wajahnya berubah hingga orang lain bisa menyadari pikirannya yang dilanda kebingungan

'Tidak ada yang berubah' batinnya. Ia masih meraba wajahnya seakan mencari perbedaan walau sekecil apapun

"Ini, makanlah" Urokodaki menyodorkan semangkuk sup miso hangat yang baru saja ia masak. Dengan senang hati, (Y/n) menerima pemberian itu dan memakannya dengan lahap

Mereka pun makan diiringi keheningan. Keduanya fokus pada makanan masing masing. Sesekali (Y/n) memuji makanan buatan Urokodaki yang sangat enak walau dibuat oleh seorang 'kakek tua'. Tidak sopan memang.

Mereka menghabiskan makanannya dengan cepat. Urokodaki segera bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah belakang (Y/n). Baru beberapa langkah, ia berhenti

"(Y/n), aku akan tetap membantumu jika kau dalam kesulitan. Jadi, beritahu aku jika kau dalam bahaya" ujar Urokodaki tanpa membalikan badannya

Kedua tangan (Y/n) meremas haori yang ia pakai hingga menimbulkan bekas kusut. Matanya terpejam erat menahan sesuatu yang ingin ia keluarkan. Kenapa, kenapa semua orang tidak mengerti apa yang ia inginkan. Ia hanya tidak ingin orang lain terluka karenanya, apa hal itu sangat sulit untuk dilakukan?

Urokodaki kembali melangkah. Tangannya terulur untuk menggeser fusuma. Keheningan yang melanda membuat suara gesekan fusuma itu terdengar jelas. Pintu terbuka, (Y/n) yang kebetulan duduk di dekat pintu terkena sorotan cahaya matahari yang membuat rambutnya sedikit berkilau

Urokodaki diam di tempat beberapa saat hingga ia berucap, "tapi aku yakin kau tidak akan kesulitan bukan?"

(Y/n) menoleh kebelakang cepat untuk melihat wajah Urokodaki yang tertutup topeng tengu itu. Urokodaki pula memiringkan tubuhnya dan menatap (Y/n) lembut dibalik topengnya, tapi entah kenapa, (Y/n) dapat merasakan tatapan lembut itu.

"Kau kuat, aku tau itu. Jangan sampai kau kesulitan, mengerti?" ucap Urokodaki terdengar seperti ayah yang menasehati anaknya sendiri

Urokodaki pergi meninggalkan (Y/n) sendirian. (Y/n) menunduk lalu tersenyum kecil ketika akhirnya menemukan seseorang yang mengerti akan dirinya

(Y/n) segera bangkit untuk pergi ke suatu tempat, ia merapikan haori yang sempat sedikit kusut tadi. Nichirin ia bawa, rambut yang biasanya diikat kini ia geraikan, dengan langkah riang ia pun keluar dari kediaman Urokodaki

(Y/n) menyusuri hutan yang ada di dekat kediaman Urokodaki. Sebenarnya ia belum tau harus kemana untuk mengatasi rasa bosan nya, ia juga tidak terlalu mengetahui tentang tempat ini

Memories || Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang