39.Penangkapan

1K 137 136
                                    

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

Angin berhembus kencang diantara dua makhluk hingga membuat surainya melambai lambai. Sejenak keduanya saling bertatapan, untuk memastikan targetnya tidak salah sasaran.

Perbedaan ekspresi dan perilaku terlihat jelas, dimana satu orang merasa tertekan oleh hawa yang mendadak mencekam. Gadis itu, mematung ditempat dengan dahi berkerut.

Bukan kebingungan atau merasa heran, ia tak punya waktu untuk melakukan hal itu. Saat ini otaknya dipaksa bekerja lebih cepat untuk memikirkan strategi, karena ia tahu, pertarungan kali ini tidak akan main main.

Pemilik surai hitam dengan warna merah di ujungnya mendekat, menimbulkan suara gesekan dari katana yang diseretnya saat menggores tanah.

Gadis itu hanya mampu menelan ludahnya susah payah, rasa gugup dan takut yang bercampur menjadi satu membuat otaknya hampir tidak bekerja. Gelisah yang melanda hatinya seakan memperparah keadaan, harus diakui bahwa dirinya mengkhawatirkan nyawanya sendiri.

'Iblis itu... memiliki enam mata.'

.
.

Brakk

"Ah! Tomioka-san? Maaf, aku tidak sengaja." dengan sigap pemilik suara itu berjongkok dan mengumpulkan barang barangnya yang jatuh berserakan. Hanya beberapa barang yang berkaitan dengan perawatan.

"Kochou, sepertinya kau sedang buru buru?" tanya Giyuu, berniat membantu tapi tidak jadi karena Shinobu membereskannya lebih cepat.

"Iya, aku harus segera melakukan operasi."

Alisnya bertaut bingung, berniat mengutarakan pertanyaannya sebelum sang lawan bicara yang punya kemampuan tersembunyi langsung menjawab.

"Tokito-san sepertinya agak ceroboh, dia jatuh ke jurang saat perjalanan pulang dari misi sehingga kakinya patah."

'Eh, dia bisa membaca pikiranku?'

"Aku tidak bisa membaca pikiran, Tomioka-san. Aku hanya menebak."

Sekali lagi Giyuu dibuat bingung oleh perkataan Shinobu yang cukup berbelit belit. Hingga akhirnya ia menyadari inti dari topik ini. "Tokito?"

"Iya benar. Jadi, tolong minggir, aku harus segera ke kediaman kupu kupu." Shinobu masih setia dengan senyum manisnya, meskipun tak mampu membohongi Giyuu bahwa gadis itu dengan kesal.

Giyuu segera menyingkir dan membiarkan Shinobu lewat. Dan akhirnya, ia dibuat bertanya tanya kembali. Bukankah jalannya luas? Mereka sedang berada di tempat terbuka, seharusnya Shinobu bisa pergi tanpa susah susah menyuruhnya menyingkir.

Memilih tak peduli, Pilar Air itu kembali melangkahkan kaki pada tempat yang dituju. Tak ada yang menarik sepanjang perjalanan, kecuali wajahnya sendiri yang memang menarik bila dipandang dari dekat.

Langkahnya terhenti diikuti hirupan nafas dalam, pria itu mencoba menenangkan pikirannya yang tengah gundah akan suatu hal.

Punggung berbalut haori dua motifnya disandarkan, sejenak menatap langit yang senada dengan manik matanya disaat batang pohon menjadi tumpuan tubuh.

"Sepertinya besok, bulan akan menampilkan dirinya dengan sempurna."

Ia bergumam saat udara dingin terasa melewati kulit dan menusuk tulang tulangnya. Namun, ini hal yang cukup biasa bagi anggota organisasi yang suka keluyuran di tengah malam.

Kali ini terasa berbeda, dimana padang rumput ini terlihat sepi tanpa gadis bodoh yang terobsesi dengan iblis kuat. Untuk saat ini telinganya merasa hampa tanpa ocehan yang biasanya terdengar menyebalkan.

Memories || Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang