Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!
"DEMI APA INI BENERAN MUICHIROU?!"
Kedua kakinya baru memasuki pekarangan kediaman sang pemimpin pemburu iblis, tapi nampaknya kehadiran seseorang membuatnya tak bisa berkata-kata. Bukan kehadiran lebih tepatnya, mereka datang bersamaan secara tidak langsung.
Dengan cepat kakinya berlari menghampiri, tak mempedulikan tatapan heran yang terpancar dari manik mata Muichirou. Sejenak Yuri mematung di tempat, netra birunya berkaca-kaca, terharu oleh karunia Tuhan yang tidak main-main.
"Kyaaa! Gila aslinya imut banget!!"
Yuri langsung memeluk leher Muichirou, ia harus sedikit berlutut untuk menggapainya, karena Yuri termasuk ke dalam kategori gadis yang tinggi. Ia menggesekkan pipinya dan pipi Muichirou, semakin ketagihan merasakan kekenyalan pada benda empuk itu.
Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan? Kapan lagi kesempatan untuk memeluk husbu tercinta datang lagi? Seumur hidup pun Yuri tak pernah berfikir akan ada waktunya di mana karakter anime kesayangannya menjadi nyata.
"Woi! E-eh, ini apaan? Ulat bulu dari mana nih? (Y/n), bantu lepas!!" Muichirou berteriak panik, heboh sendiri sembari menyingkirkan kepala Yuri yang terus mendekat padanya.
(Y/n) frustasi. Ia menepuk dahinya keras, Muzan benar-benar sialan sudah membawa orang tidak waras itu ke dunia ini, menambah bebannya saja. Dengan wajah tanpa dosa (Y/n) mendekat, menarik surai pink Yuri yang diikat rendah hingga sang korban menjerit sakit.
"Adah!! Sakit buset! Ngapain sih?! Ganggu kebahagiaan orang aja?!" Yuri mencoba melepaskan cengkraman (Y/n) terhadap rambutnya, tapi tetap gagal karena perbedaan kekuatan.
Yuri tiba-tiba bungkam, membeku di tempat tak bisa berkata-kata saat melihat senyuman (Y/n) yang terlihat menyeramkan. "Diem. Jangan malu-maluin, ya, ku colok juga tuh mata."
Yuri mana bisa melawan, dia mah apa atuh, di tatap aja langsung ciut, mana mungkin cari gara-gara dengan Pilar. Ah, tidak asik, sekarang (Y/n) bukan lawan yang adil baginya, tidak seperti dulu yang bisa bebas jambak-jambakan.
"Hei, sudah lebih baik?"
Tepukan pada pundak (Y/n) membuatnya terkesiap rendah, lalu menoleh ke belakang dan mendapati Obanai yang mensejajarkan barisannya. "Ah, iya, masih ada yang sakit tapi tidak terlalu. Bagaimana denganmu?"
Obanai mengangkat bahu ringan. "Luka ku tidak terlalu parah saat itu, maaf belum sempat menjenguk setelah kau sadar."
"Iie iie." (Y/n) menggeleng. "Aku yang meminta maaf karena membuatmu terluka, seharusnya aku bisa bertahan lebih lama." gadis itu tersenyum lemah seraya menatap ke bawah.
"Kau sudah melakukan yang terbaik, tidak mati saja sudah untung," sarkas Obanai, hanya ditanggapi kekehan kecil oleh (Y/n).
Eh? Tunggu sebentar. (Y/n) mematung. Sejak kapan keduanya jadi akrab begini? Kenapa Obanai jadi ramah begini padanya? Astaga, (Y/n) semakin bingung saja, sebenarnya apa yang terjadi selama dia tidak sadarkan diri?
Mungkin keduanya sama-sama merasa bersalah, Obanai gagal menyelamatkan (Y/n) sebelum dibawa ke markas iblis, begitu juga (Y/n) yang malah membuat Obanai terluka karena bertarung dengan Douma demi menyelamatkan dirinya.
Hah, bagaimanapun juga, bukankah bagus memperbaiki hubungan? Pertemanan tentunya, (Y/n) mana mau cari masalah dengan sahabatnya, Mitusri. Anehnya, Mitsuri yang melihat interaksi (Y/n) dan Obanai beberapa menit yang lalu malah kegirangan, katanya lucu, soalnya biasanya mereka berantem.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories || Kimetsu no Yaiba
FanfictionHighest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21) #1 in charaxreaders (14/5/21) #1 in demonslayer (10/7/21) #1 in tomiokagiyuu (18/8/21) #7 in muichirou (8/2/21) #7 in shinobu (13/2/21)...