Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!
Mata terbuka dengan pemandangan pertama atap ruangan yang begitu asing. Dengan reflek berkedip beberapa kali untuk menghilangkan efek perih karena tertutup untuk waktu yang tak bisa dibilang sebentar.
Ia berusaha mendudukkan diri saat tiba tiba rasa perih dan ngilu menyerang tubuhnya secara bersamaan. Terpaksa ia kembali berbaring diiringi helaan nafas lelah.
Tangannya kanan berusaha digerakkan, mengangkat kain yang menyelimuti dirinya. Melihat apa yang ada, lantas ia terkesiap, menatap tubuhnya yang tidak memakai baju dengan perban yang membalut dadanya.
Kepala menengadah dengan jari jari memijat pelipis. Gadis itu mencoba mengingat kejadian yang membuatnya seperti ini. Namun, hanya ingatan samar yang memasuki otaknya.
Srekkk
"(Y/n)-san?"
Bersamaan dengan suara pintu yang tergeser, seseorang masuk sembari menyerukan namanya. Mengikuti refleknya, ia menoleh dan mendapati wanita cantik menghampirinya dengan nampan pada genggaman.
"Takhhh—" (Y/n) berusaha memanggil, tapi yang terjadi malah sensasi panas dan perih membuatnya kesulitan berbicara.
"(Y/n)-san, jangan berbicara dulu." wanita itu sedikit berlari kecil, segera duduk di samping (Y/n). Tangannya menyimpan nampan yang ternyata terdapat perban dan mangkuk berisi air.
Tatapan tanya diberikan, dan wanita itu mengerti bahwa (Y/n) penasaran. "Kerongkongan mu terluka, untuk sementara waktu kau tidak bisa berbicara."
Iblis wanita itu mengisyaratkan (Y/n) untuk mendudukkan diri, gadis itu mengangguk dan segera duduk dibantu oleh wanita itu, meski rasa sakit menyerang dadanya berkali kali.
"Aku akan mengganti perban mu dulu, jika tidak akan terinfeksi."
Wanita itu, Tamayo, mulai membuka perban yang melilit tubuh (Y/n) dengan hati hati. Gadis itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya kencang sembari meringis menahan perih.
Setelah semuanya terbuka, Tamayo membersihkan luka yang terlihat dalam pada dada kanan (Y/n). (Y/n) terkesiap melihat luka itu, menatap Tamayo dan memintanya memberi penjelasan dengan gerakan mata.
"Tulang rusuk mu patah, tapi tidak sampai merusak organ dalam mu. Sepertinya Douma memang tidak berniat membunuhmu dengan senjata kipasnya."
Ah, sekarang ia ingat. Beberapa waktu lalu ia melawan iblis paling menyebalkan yang pernah ia temui di dunia ini. Sungguh, demi apapun ia ingin menebas kepala itu dengan tangannya sendiri.
Tak berselang waktu lama hingga Tamayo menyelesaikan pergantian perbannya. Ia segera merapikan alat alat yang dipakai dan membantu (Y/n) merebahkan dirinya kembali.
"Kau tau, (Y/n)-san? Aku sangat panik saat tiba tiba melihat Pilar Angin tengah berlarian sembari menggendong mu. Kau kehilangan cukup banyak darah, untung saja aku memiliki beberapa kantung darah manusia yang berguna untukmu."
Tamayo berkata lalu bangkit dari tempatnya. Ia menatap Pilar Salju yang tengah menggerakkan mulutnya, membentuk sebuah kata yang akan terdengar kurang lebih seperti 'terimakasih'.
Tamayo mengangguk menanggapi ucapan (Y/n). "Untuk sekarang kau istirahat saja dulu, kau masih perlu beberapa hari untuk pemulihan. Juga, jangan terlalu banyak bergerak, tangan kiri mu belum sepenuhnya sembuh."
(Y/n) menolehkan kepalanya menatap tangan kiri, ia bahkan melupakan kalau Douma sempat menginjak lengannya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Gadis itu menghela nafas kecil, rasa bencinya pada Douma sepertinya kian membesar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories || Kimetsu no Yaiba
FanfictionHighest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21) #1 in charaxreaders (14/5/21) #1 in demonslayer (10/7/21) #1 in tomiokagiyuu (18/8/21) #7 in muichirou (8/2/21) #7 in shinobu (13/2/21)...