20.Menyadarinya

1.6K 225 69
                                    

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

"Tidak mungkin..."

(Y/n) jatuh terduduk dihadapan batu nisan bertuliskan...

...Urokodaki Sakonji

Tunggu, apa apaan ini? Sungguh (Y/n) tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Ia benar benar melihat dengan mata kepalanya sendiri ada pemakaman dengan tulisan Urokodaki Sakonji di batu nisannya?

(Y/n) menolehkan kepalanya kebelakang, tepat dimana Giyuu berdiri sambil menatap batu nisan itu pula. Giyuu balik menatapnya, (Y/n) memberi tatapan seolah mengatakan 'apa maksudnya ini?'

Giyuu mendekat, ia berlutut di sebelah (Y/n) dan berkata "Urokodaki Sakonji, ia ditemukan tewas di hutan dekat kediamannya. Saat itu kondisinya sangat mengenaskan, aku- aku bahkan tidak sanggup menjelaskannya"

(Y/n) membatu di tempat. Giyuu pasti bercanda kan? Sebelumnya kakek tua itu masih sarapan bersama dengannya. Tapi, sekarang? Benarkah tubuh Urokodaki ada dibawah tanah ini? Benarkah jiwa Urokodaki benar benar telah terbang menuju alam yang berbeda?

"Kapan?" tanya (Y/n) lirih. Tatapannya terus tertuju pada pemakaman Urokodaki. Namun, jika dilihat lebih teliti, tatapannya terlihat kosong

"Setelah kau dibawa oleh Shinazugawa dalam keadaan sekarat, aku hendak mengunjungi nya untuk sekedar berterimakasih karena telah menjagamu. Tapi saat aku datang, tak ada siapapun di kediamannya, aku berinisiatif untuk mencarinya di hutan, dan yang aku temukan hanyalah- hanyalah tubuh tak bernyawa darinya" jelas Giyuu, terdengar sedikit getaran pada ucapannya

Tak dapat Giyuu pungkiri, ia sangat terpukul oleh kepergian Urokodaki. Bagaimanapun juga, Urokodaki yang telah mengajarinya menjadi pemburu iblis. Urokodaki bagai keluarga bagi Giyuu. Tak pernah terpikirkan setitik pun di otaknya bahwa ia akan kehilangan Urokodaki secepat ini

"Kenapa itu bisa terjadi?" tanya (Y/n) lagi

"Berdasarkan laporan dari gagak kasugai Oyakata-sama, ia melawan..."

(Y/n) dengan sabar menunggu jawaban dari Giyuu. Ia mengerti, sangat mengerti, merelakan kematian orang terdekatmu tidaklah mudah. Giyuu tetaplah manusia, ia memiliki emosi yang berujung menjadi dendam ketika orang yang kau sayangi pergi. (Y/n) tau tentang hal itu.

"...uppermoon dua"

Tanpa sadar, (Y/n) mengepalkan tangannya kuat kuat. Kepalanya menengadah menghadap langit, setetes air mata keluar melewati pipinya "Douma sialan..."

Giyuu tidak dapat mendengar perkataan (Y/n) karena suaranya pelan sekali. Ia pun kembali menjelaskan "Sepertinya uppermoon dua tau kau tinggal dengan Urokodaki-san. Saat ia hendak menyerangmu, Urokodaki-san berusaha menahannya, dan ia gagal" suaranya semakin mengecil di akhir

(Y/n) beralih menatap kedua tangannya, ia menunduk membuat rambut yang terurai menutupi wajahnya "Ini semua salahku"

"(Y/n)?"

"Ini semua salahku" kali ini suaranya lebih besar sehingga Giyuu dapat mendengarnya

"(Y/n)-"

"Ini semua salahku!" teriaknya

"(Y/n), ini bukan-"

"Ini semua salahku Giyuu! Aku lagi lagi gagal! Aku gagal melindungi orang yang berharga bagiku! Ini semua salahku!" teriak (Y/n) pilu disela sela tangisnya

"Tidak (Y/n), ini bukan-"

Dengan cepat (Y/n) menatap Giyuu dan kembali memotong ucapannya "Bukan salahku huh? Lalu salah siapa lagi?! Sudah jelas ini salahku! Jika saja aku tidak menuruti keinginanmu semua ini tidak akan terjadi!" bentaknya pada Giyuu. Air matanya terus mengalir dengan deras

Memories || Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang