Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!
Gadis itu menggerutu sepanjang perjalanannya. Kesal, satu yang ia rasakan saat ini. Untuk apa jauh-jauh masuk isekai jika menghabiskan waktu dengan husbu saja tidak bisa?! Dasar teman sialan.
Kenapa juga (Y/n) melarangnya ikut untuk pergi bersama Muichirou, padahal kan Yuri masih ingin mencubiti pipi laki-laki imut itu. Ia menghela nafas lelah, tak ada yang bisa ia lakukan selain pulang ke kediaman (Y/n) jika tidak ingin kena amukan sahabatnya.
Kini gadis itu termenung, mengingat bagaimana sahabatnya berubah begitu banyak. Dimulai dari perilakunya, cara bicaranya, bahkan saat dia bertarung, membuat Yuri benar-benar pangling, hampir tidak percaya bahwa Pilar itu adalah teman masa lalunya.
Memikirkan hal itu membuatnya kembali mengingat pertarungan (Y/n) dengan Muzan, itu benar-benar luar biasa baginya. Yuri sekalipun tidak pernah menyangka bisa melihat pertarungan langsung seperti itu, terlebih temannya yang sudah menghilang selama dua tahun terlibat di dalamnya.
Selama di dunia ini (Y/n) juga semakin licik, pikirnya. Yuri benar-benar berfikir akan mati saat (Y/n) mengatakan bahwa dirinya tidak berguna dan akan meninggalkannya. Cara gadis itu berakting sangat profesional, seperti sudah dilatih sejak jauh-jauh hari.
Yang membuat Yuri bingung, saat di mana (Y/n) mengelabui Muzan dengan serangan tiba-tibanya. Mengingat hal itu membuat langkah Yuri terhenti, ia berfikir keras.
Saat itu (Y/n) melempar senjatanya, dan dalam sekejap gadis itu sudah berada di hadapan Yuri. Seakan, memindahkan dirinya sendiri pada senjatanya(?)
Bagaimana (Y/n) melakukan hal itu?
.
."Jadi bentuk pernafasan mu itu berhasil?"
Kepala mengangguk ringan, kedua tangan bertumpu ke belakang seraya mendongakkan kepala. "Bisa dibilang begitu, tapi pengendaliannya masih sangat buruk." gadis itu menghembuskan nafas frustasi, rasanya ia tidak bisa santai sebentar saja di dunia ini.
Tubuh laki-laki yang lebih muda darinya memiring bingung. "Maksudnya belum sempurna?" (Y/n) menganggukkan kepalanya sekali lagi. "Yah, salahmu sendiri sih, membuat bentuk pernafasan serumit itu."
Mata mendelik tajam pada laki-laki berambut panjang di sampingnya. Bukannya membuat perasaaan (Y/n) membaik, Muichirou malah membuat (Y/n) semakin kesal saja. Sebenarnya kesal pada diri sendiri, kesal karena mengerjakan hal semudah itu saja sulit.
"Jadi apa lagi yang perlu diperbaiki?"
Kedua lutut (Y/n) terlipat ke atas, ia memeluk kakinya seraya menyimpan wajah di atas lututnya. "Untuk mengaktifkan bentuk pernafasan itu, masih perlu waktu cukup lama. Untuk melawan iblis setingkat Muzan, diam selama satu menit saja sulit. Jika aku tidak segera memperbaikinya, teknik ini pasti akan tidak berguna." ia menyembunyikan wajahnya di antara lutut, merasa lelah.
Muichirou hanya mengangguk paham seraya memperhatikan bermacam bentuk awan yang membuatnya penasaran. Tenang saja, dia tetap fokus pada pembicaraannya dengan (Y/n) kok.
"Memang apa yang membuatmu kesulitan untuk mengaktifkan teknik itu? Apa sebegitu rumitnya?" atensi Muichirou beralih pada gadis di sampingnya, mencoba mendengarkan dan mencermati penjelasan (Y/n).
Pertanyaan Muichirou membuatnya mengangkat kepala, kedua kakinya kembali turun, menjulur ke bawah saat dirinya tengah duduk di teras kediaman Pilar Kabut. "Aku pun tidak yakin, menjelaskannya pun sulit."
"Teknik ini memerlukan konsentrasi yang luar biasa. Sebagaimana kekuatannya berasal, yaitu nichirinnya, aku mencoba menghidupkan kekuatan dalam dirinya, setelah itu menyambungkan inti dari nichirin itu pada inti dari tubuh ku, yang mana adalah seorang manusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories || Kimetsu no Yaiba
FanfictionHighest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21) #1 in charaxreaders (14/5/21) #1 in demonslayer (10/7/21) #1 in tomiokagiyuu (18/8/21) #7 in muichirou (8/2/21) #7 in shinobu (13/2/21)...