32.Takut untuk Mati

1.1K 165 89
                                    

Woah, impressive, judulnya bertolak belakang sekali dengan judul chapter sebelumnya.

Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!

"Kenapa aku... menahannya?"

Semua orang menahan nafasnya saat hal itu terjadi, mulut dan mata mereka sama sama terbuka lebar, tidak mempercayai akan apa yang baru saja terjadi.

Giyuu tersadar dan langsung melihat ke bawah. Ia tak menemukan nichirin miliknya pada tempatnya. Tatapannya kembali dialihkan pada (Y/n). Benar, gadis itu membawa nichirin Giyuu untuk menahan serangan Muichirou.

(Y/n) menatap Muichirou, sedikit kaget ketika melihat tatapan berbeda yang Muichirou berikan padanya.

"Bodoh" ujar Muichirou dingin.

Muichirou menurunkan tangannya, nichirin masih ia pegang dengan lemas. Sedangkan (Y/n) masih tetap pada posisinya, tubuhnya membeku tidak dapat bergerak.

"K-kenapa?" (Y/n) kembali bertanya pada dirinya sendiri, tangannya mulai turun dan menjatuhkan nichirin Giyuu ke bawah.

Gadis itu menunduk, tidak percaya bahwa tubuhnya mengkhianati pikirannya sendiri. Tetes demi tetes air mata mengalir melewati pipi hingga jatuh pada lantai kayu.

"Tokito, apa yang kau lakukan?" tanya Oyakata-sama masih belum bisa menetralkan rasa terkejutnya.

Alih alih menjawab pertanyaan Oyakata-sama, Muichirou masih berdiri tegak sembari menatap tajam (Y/n).

"Kau... tidak pernah ingin mati" ucap Muichirou setelah hening beberapa saat.

(Y/n) mulai mengangkat kepalanya, tatapan seribu tanya ia arahkan pada laki laki yang sedang berdiri dihadapannya.

"Kau takut untuk mati, bodoh!" bentak Muichirou tanpa memperhatikan sekitar.

"Aku? Takut mati?" pertanyaan dari mulut (Y/n) lebih diarahkan pada dirinya sendiri.

Apakah benar ia takut untuk mati? Tapi bukankah ia sudah mempersiapkan untuk hal ini dari jauh jauh hari? Hidup di dunia ini tidak mudah. Salah satu alasan ia ingin menjadi bagian dari pemburu iblis karena ia sudah menerima semua konsekuensi nya, termasuk kematian.

Terlebih saat Tamayo mengatakan hal yang membuat hatinya sedikit sesak. Ia sudah semakin yakin, setidaknya dengan kematiannya tidak akan memperkeruh keadaan di dunia ini.

"Tokito, yang kau lakukan itu berbahaya! Bagaimana jika (Y/n) tidak memiliki reflek secepat itu!" bentak Giyuu

"Oh tentu saja karena aku tau (Y/n) akan menahannya" balas Muichirou santai, tak mengalihkan tatapan nya dari (Y/n).

"Lalu jika (Y/n) tidak menahannya?! Kita tidak akan tau apa yang terjadi! Jangan bertindak gegabah!" bentak Giyuu kembali pada Muichirou.

Tatapan Muichirou beralih pada Giyuu. Giyuu terkesiap kecil melihat tatapan Muichirou seakan bisa menusuknya kapan saja.

Muichirou mengangkat tangannya yang sedang memegang nichirin. Ujung nichirin itu tinggal berjarak beberapa centi dari hidung Giyuu.

"Kau. Kau dekat dengan gadis bodoh ini, bukan?" tanya Muichirou. Saat mengatakan kata 'bodoh', ia menatap (Y/n) sekilas lalu kembali pada Giyuu.

"Lalu kenapa kau tidak menyadarinya, sialan?!" Muichirou terlihat sangat kesal saat menatap Giyuu. Untuk pertama kalinya (Y/n) mendengar Muichirou mengumpat.

Nada bicaranya semakin tinggi, Muichirou kembali membentak, "Tidakkah kau sadar bahwa tubuhnya bergetar ketika mengatakan hal itu?! Dia ingin menangis tapi menahannya! Dia tersenyum untuk menyembunyikan segala ketakutannya! Tapi kau tidak menyadarinya sama sekali?! Kau benar benar payah, Tomioka!"

Memories || Kimetsu no YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang