Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!
Matanya terbuka perlahan dengan sensasi buram yang memenuhi penglihatan. Mengerjap sejenak, ia berusaha menormalkan matanya sebelum ia sempat untuk berfikir jernih.
Slangg
Jantungnya terasa berhenti untuk sepersekian detik, matanya melirik, sesuatu yang panjang dan tajam nyaris memotong lehernya jika tidak diplesetkan dengan sengaja oleh sang pengguna.
"Dia sudah bangun, tuan."
Suara itu terdengar jelas oleh telinganya, otaknya mencerna suara hingga menyadari bahwa ia mengenal siapa pemilik suara tersebut.
Dengan sigap ia mengangkat kedua tangannya, tak melihat keanehan yang terjadi. Tangannya beralih menyentuh leher, merasakan nafasnya yang lancar dan tidak sesak.
Sejauh ini tubuhnya terasa normal, kecuali sebelah mata yang tidak bisa dibuka karena dirasa perih. Kini ia sadar, pertarungan sebelumnya bukanlah sekedar mimpi.
Kedua tangannya bergerak, berusaha menggerakkan tubuh untuk bangkit. Sekarang semuanya baru terasa, tulangnya bagaikan remuk, rasa sakit yang luar biasa menghantam dirinya.
Bugghh
Brakkk
Tembok itu hancur sebagian saat tubuhnya menabrak dengan keras, gadis itu terbatuk batuk, merasakan nyeri pada tubuhnya yang semakin parah ketika ia terbanting.
"Uhuk, uhuk."
"Ah, dasar kau ini."
Tubuhnya membeku dengan cepat, matanya kian melebar saat menyadari pemilik suara itu. Kepalanya mendongak, mendapati pria dengan manik merah darah menatapnya dengan tajam.
"Kibutsuji Muzan...?"
Pria iblis itu melirik, tak menunjukkan ekspresi bersalah sedikitpun setelah menendang gadis sekarat hingga tembok yang menjadi pelampiasan hancur.
Tubuhnya merendah, Muzan berjongkok untuk mendekat pada wajah gadis itu. Bibirnya menyunggingkan seringai keji, kilatan pada matanya menunjukkan rasa puas melihat kondisi gadis dihadapannya.
"Kau tau apa kesalahanmu, (F/n) (Y/n)?"
(Y/n) memalingkan wajahnya dengan cepat, seakan tidak sudi menatap Muzan yang berada dihadapannya. Bibirnya tak bergerak, tak menunjukkan ciri ciri akan menjawab pertanyaan.
Sett
Krakk
"Akkhh"
(Y/n) meringis menahan sakit saat Muzan mencengkram rahangnya dengan kuat, matanya masih bergulir mencari objek lain, tak ingin panik sendiri bila mendapat tatapan intimidasi dari iblis itu.
"Tatap mataku, bodoh!"
Entah kenapa, tubuhnya bergerak tak sesuai dengan keinginannya. Manik violetnya bergerak hingga berpapasan dengan manik merah mengkilat.
Seringai kembali muncul. "Kau benar benar anak yang nakal. Jika saja kau menyerahkan diri, aku tidak akan susah susah menangkap mu, dan kau jika tidak akan terluka seperti ini."
Ucapannya hanya angin lalu bagi gadis itu. Meski tak dapat dipungkiri tubuhnya bergetar merasa ketakutan, ia lebih memilih membalas tatapan tajam yang diberikan. Yah, dia tidak punya pilihan, kan?
"Kau pikir aku peduli, sialan?! Cepat lepaskan aku!"
Seringaian nya luntur, Muzan menunjukkan ekspresi sedih yang dibuat buat. Ah, sebenarnya ekspresi itu sangat tidak cocok baginya, (Y/n) saja tidak kuat menahan hasratnya untuk tidak memukul wajah menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories || Kimetsu no Yaiba
FanfictionHighest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21) #1 in charaxreaders (14/5/21) #1 in demonslayer (10/7/21) #1 in tomiokagiyuu (18/8/21) #7 in muichirou (8/2/21) #7 in shinobu (13/2/21)...