Warning⚠: Author tidak membaca manga sehingga cerita akan berbeda jauh dengan alur aslinya!
(Y/n) menatap tidak percaya akan apa yang ada dihadapan nya. Tubuhnya reflek bergerak untuk mendudukkan diri, tapi rasa sakit yang dirasakannya membuat ia meringis.
"Akhh"
"(Y/n)-chan, lebih baik kau jangan banyak bergerak dulu"
Kepalanya menoleh cepat ke sisi ranjang yang lain. Matanya mendapati Shinobu yang menunjukkan raut wajah khawatir.
Mau tak mau (Y/n) menuruti permintaan Shinobu. Ia kembali berbaring dan membiarkan Shinobu memeriksa keadaannya, sementara otaknya terus memikirkan sesuatu yang sangat di luar akal—baginya.
Setelah beberapa saat pemeriksaan, Shinobu membereskan alat yang ia gunakan. Dengan tangan yang masih sibuk, Shinobu menjelaskan, "Keadaanmu sudah membaik, aku rasa tak lama lagi kau bisa beraktivitas seperti biasa. Tapi jangan terlalu memaksakan, lebih baik menghindari latihan fisik yang berat. Juga, tangan kiri mu masih belum sembuh total, tulangnya patah, jangan menggunakannya untuk sementara waktu"
Oyakata-sama tersenyum mendengar penjelasan Shinobu. "Kalau begitu, kau boleh keluar. Juga tolong panggilkan dia"
Shinobu mengangguk menyetujui. Setelah alat yang ia gunakan sebelumnya sudah masuk seluruhnya kedalam kotak, ia berpamitan sembari membungkukkan tubuhnya sedikit.
(Y/n) berusaha mendudukkan dirinya sendiri ketika Shinobu sudah benar benar pergi dari ruangan itu. Dengan dibantu Oyakata-sama, akhirnya gadis itu bisa duduk bersandar pada kepala ranjang.
Ia menatap Oyakata-sama dari ujung kepala hingga ujung kaki. Raut bingung sangat ketara di wajahnya. Pertanyaan memenuhi otaknya, membuat kepala yang memang sudah pusing menjadi tambah pusing.
Oyakata-sama memiringkan kepalanya dan mengibaskan tangannya didepan wajah (Y/n). "(Y/n)? Kau baik baik saja?"
(Y/n) tersadar dari lamunannya. Mulutnya terbuka untuk menanyakan sesuatu, tapi sebelum suara maupun pertanyaan yang telah disiapkan keluar, Oyakata-sama langsung memotongnya.
"Ngomong ngomong, ternyata kau sangat cantik ya, (Y/n)?"
Respon yang diterima Oyakata-sama benar benar tepat seperti perkiraannya. Ia melihat (Y/n) sudah berkaca kaca dan siap untuk menangis seperti anak kecil.
"O-Oyakata-sama" ucap (Y/n) terbata bata, masih tidak mengerti akan situasi yang terjadi.
Suara fusuma yang digeser menggema di ruangan, membuat seluruh atensi menjadi terfokus pada seseorang yang baru masuk. Dengan anggunnya, wanita yang berstatus sebagai iblis itu mendekati ranjang (Y/n).
"T-tamayo-san?!" pekik (Y/n) tidak percaya.
"Are? (Y/n)-san kau seperti melihat hantu saja" kekeh Tamayo pelan.
"Kenapa kau bisa ada disini? Apa kau ada urusan denganku? Lalu bagaimana bisa Oyakata-sama terlihat sangat sehat?" tanya (Y/n) bertubi tubi. Tamayo dan Oyakata-sama bertatapan sebentar lalu terkekeh.
"(Y/n), kau bisa bertanya satu persatu kan? Tamayo akan kebingungan" tegur Oyakata-sama lembut
Bukannya sadar atau meminta maaf, (Y/n) masih menunjukkan ekspresi panik karena tidak mengerti akan situasi yang terjadi.
Tamayo terkekeh sebentar melihat ekspresi (Y/n) yang begitu lucu. Ia memulai penjelasannya dengan pertanyaan. "(Y/n)-san, apa kau ingat, kau telah memberikan sempel darahmu padaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories || Kimetsu no Yaiba
FanfictionHighest Rank: #1 in mitsuri (13/2/21) #1 in kyoujuro (6/2/21) #1 in kimetsu (2/4/21) #1 in yaiba (2/4/21) #1 in charaxreaders (14/5/21) #1 in demonslayer (10/7/21) #1 in tomiokagiyuu (18/8/21) #7 in muichirou (8/2/21) #7 in shinobu (13/2/21)...