17 - Sepatu kaca

76 7 0
                                    

      Anwar menceritakan segalanya, apalagi ada Dimas di sisinya anak itu menceritakan bahwa dia sangat mengenal siapa itu Wildan, Dimas juga berkata dia cukup terkejut dengan kabar itu dan sedikit tidak terbiasa dengan ketidak beradaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Anwar menceritakan segalanya, apalagi ada Dimas di sisinya anak itu menceritakan bahwa dia sangat mengenal siapa itu Wildan, Dimas juga berkata dia cukup terkejut dengan kabar itu dan sedikit tidak terbiasa dengan ketidak beradaannya.

      Setelah saat itu Wildan ditemukan, namun hanya jasadnya saja di belakang gudang sekolah.

      Berita itu cukup panas dan tidak henti-hentinya di bicarakan oleh anak-anak sekolahku.

     Apalagi pelakunya yang belum di temukan membuat banyak orang tua waspada dan merasa khawatir.

     Saya pun Khawatir dengan Anwar dan Dimas, apa mereka akan tetap aman saya tidak tau.

     Nyatanya kabar yang berikutnya datang di kala sungai yang sudah tenang adalah penculikan yang terjadi pada teman Anwar yaitu Reyhan.

      Reyhan, anak itu pernah mengikuti lomba matematika tingkat nasional dan itu melawan saya serta anak unggulan lainnya.

      Reyhan seperti anak yang baik, hanya saja dia memang terlihat sombong, tapi dia sombong karena memang dia bisa. Dia tampan dan selalu menjadi juara di setiap lombanya.

      Mengapa anak itu bisa menjadi target penculikan?, saya pun tidak tau.

       "Apa yang lo lakuin saat tau Reyhan hilang?" Tanya Rio kepada saya.

      Saya pergi menghubungi Anwar, saya mengunjungi rumahnya. Dia sangat ketakutan dan juga merasa sedih.

      Yang saya lakukan hanya bisa memberikan dia semangat sekaligus nasehat agar tetap berhati-hati.

      Namun ada kabar lagi jika penculiknya adalah kamu, otak saya seperti melayang penuh ketidak percayaan.

      Lantas dalam hati berpikir, apakah saya penyebab kamu menjadi seperti itu. Saya terus berpikir begitu.

      Sebelum di tangkap saya ingat kita pernah bertemu sebelumnya di gang menuju rumah ku.

      Kita bahkan tidak saling menyapa satu sama lainnya, kamu masih sama, menggunakan jaket hitam dan mengundang kecurigaan orang.

      Jaket hitam bukan alasan, tapi penggunaan kamu yang memasukan kedua lengan ke saku jaket dan bertudung itu membuat mereka menganggap mu orang jahat.

      Saya mengerti mungkin itulah yang membuat mereka mencurigai dirimu.

     Anwar pernah bilang bahwa dia bertengkar dengan mu sekali sebelum semua kasus itu terjadi. Anwar bilang kamu menyerangnya dengan alasan yang tidak jelas, kemudian pergi meninggalkan geng mereka.

      Saya tau itu karena saya, meski begitu saya tidak akan pernah meminta maaf untuk itu.

       Jika kamu keras kepala maka saya pun kepala batu. Takdir hanya membuat kamu menjadi batu sandungan di hidup saya.

      Kembali lagi ke topik, saya dengar kamu di tangkap oleh polisi, meski tidak ada bukti dan kecurigaan kamu tetap di tahan dengan masa percobaan selama dua minggu.

      Karena kasus cukup buruk menurut saya, saya pun memberitahu Ayah saya untuk bergerak mencari keberadaan anak itu. Namun sayang Ayah saya sedang berada di Surabaya.

       Beliau adalah komandan di sana, memimpin semua polisi untuk mencari seorang pembunuh ber-rantai yang sudah sekitar tiga bulan berkeliaran dan membunuh warga.

       Itu adalah jawaban saya mengapa saya tidak bertindak dan tidak bisa menjaga Anwar. Iyah saya sudah mencoba namun kasus yang Ayah hadapi masih saja belum menemukan titik terang.

      Setelah itu saya juga pergi ke kantor polisi, namun respon mereka sangat tidak mengenakan.

      Pandangan mereka sangat meremeh apalagi pada anak SMA seperti saya. Jadi saya pun tidak bisa melakukan apapun.

      Keesokan harinya, saya memutuskan untuk berbicara lagi kepada Anwar untuk mengatakan setiap detail kejadian.

      Anwar yang naif itu hanya bisa spontan mengatakan bahwa itu kamu dan dia menyesal telah memukul mu waktu itu, namun dia pun merasa kebingungan diantara kedua garis itu.

       "Gue gak lakuin hal itu," ucap Mario santai.

       Saya tahu, kalau itu kamu maka saat ini kamu tidak akan berada di sini melihat dia.

      Kamu keluar karena Dimas dinyatakan menghilang satu minggu kemudian. Saat itu kamu di tahan jadi tidak mungkin jika pelakunya itu kamu.

      Saya sangat terkejut saat mendengar berita itu, Dimas adalah orang yang dekat dengan saya dan Anwar.

     Keberadaannya sudah menggantikan dirimu yang pergi begitu saja.

      'Cihh' umpat Mario.

      Setidak nya dia lebih tulus dari pada kamu, dia benar-benar menganggap saya dan Anwar adalah sahabatnya.

      Keberadaannya pelan-pelan membangkitkan rasa semangat dalam diri Anwar.

      Kamu tau selain dengan mu anak itu juga mempunyai konflik dengan Paman. Meski saya selalu menyatukan mereka namun tetap saja ada yang tidak Anwar beritahu ke saya dan dia lebih terbuka kepada Dimas.

      Dimas adalah orang yang dekat dengan Wildan, iyah mereka adalah tetangga. Apakah mereka berkaitan dengan penculikan itu.

      Saya tidak mengerti sama sekali, rasanya sudah seperti menyusun sebuah puzzle yang entah di mana potongan-potongan lainnya.

      "Dimas itu pembunuh," Mario sekali lagi mendelik sambil menyandarkan badannya, mungkin dia sudah cukup pegal mendengarkan saya berbicara.

      Dia tidak membunuh, apa yang bisa di lakukan anak usia sepuluh tahunan saat itu. Itu semua murni kesalahan orang tua mereka yang tidak bisa menjaga anak nya dan malah menitipkan Dio kepada Dimas.

       Saya tidak tau pendapat orang seperti apa, atau  mungkin pendapat mu juga berbanding terbalik dengan saya.

       Yah saya tidak bisa berpikir netral saya hanya bisa memihak dan mendukung Dimas sama seperti Dimas yang telah mendukung Anwar.

       Jika memang dia salah pun, dia sudah cukup menebus dosanya selama ini, kau tau dia kehilangan sang Ayah dan Kasih sayang seorang Ibu.

       Mendengarnya saja sanggup membuat saya merinding.

        Saya rasa Dimas anak yang baik terlepas dari masalalunya itu, namun mengapa dia juga di culik. Sebenarnya apa yang terjadi di sekolah itu?.

        Mengapa kamu terlihat mengetahui sesuatu?

        Mario gelagapan dan salah tinggkah, karena itu saya yakin opini saya benar.

       "Itu gue hanya curiga pada seseorang di sekolah, tapi gue belum yakin," ucap nya kemudian.

       Kalau begitu ceritakan pada saya, Ayah bilang, tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Kecurigaan adalah hal yang selalu di miliki seorang detektif.

      "Tar gue cerita setelah lo selesai bercerita,"

       Baiklah saya akan melanjutkannya, tapi kamu harus menepati janji mu itu.

***

Happy reading

Enjoy to story

Idahagisna

Jangan lupa vote dan komen :)

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang