Genre : Misteri/Thriller, Sekolah, Fiction
Update : END
"Sudah lama saya memperhatikan kalian".
...
Hilangnya anak-anak SMA Cempaka, sempat membuat geger akhir tahun ini.
Brian adalah anak terakhir yang dikabarkan hilang dari sekolah. Sebenarnya apa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kilat mata itu, rasa sedih, terpojokkan, rasa malu, marah dan tidak mempunyai harapan. Iyah sorot mata itu yang membuat saya diam dikala anak itu menyudutkan saya.
Sekelebat bayangan Dino ada di sana, Dino yang dulu dekat dengan saya dan mengitari saya kemanapun saya pergi.
"Kenapa mbak diam," geramnya tertahan.
Saya dengan linglung menatap matanya, ini tidak benar dia bukan Dino dan dia akan membunuh saya sekarang juga jika saya tetap diam.
Saya melemaskan tubuh saya, sesuai dugaan anak itu pun melemaskan genggamannya pada tangan saya.
Dengan cepat dan satu hentakan saya membalikan keadaan, memutarkan tubuhnya dan 'brukk' saya menjatuhkan dirinya kelantai.
Pisau yang dia pegang telah saya lemparkan sembarang arah, yang penting sekarang dia tidak membawa senjata tajam apapun.
Arghh
Ringgisnya sambil mencoba untuk kembali berdiri.
Apa yang terjadi padamu?
Tanya saya dengan nada yang sedikit tertahan, napas saya memang tersegal, bagaimanapun membuat anak itu jatuh sudah cukup menguras tenaga saya.
Dia kembali menatap saya, kali ini bukan tatapan marah, tapi sebuah harapan dengan kabut yang menutupi manik matanya.
"Kenapa Mbak gak mempercayai saya," lirih nya sambil menundukan kepalanya.
Dia menangis dan sesenggukkan disana. Saya hanya bisa menatapnya sambil mencoba menerka-nerka apa yang terjadi pada dirinya.
...
Katakan kepada saya apa yang terjadi?
Kini saya membawa Aldeon ke tepi ruangan kerja saya yang masih bergabung dengan ranjang dan kamar mandi di sebelahnya.
Bisa di bilang ruangan yang sama, tentu saja karena ini adalah apartement yang murah yang saya sewa di sana.
"Ayah bunuh diri,"
Deg
Saya hanya diam, saya tidak bisa mengatakan apapun. Apa yang dia bilang, dia pasti bercanda. Bagaimana saya tidak tau dengan hal itu.
Saya kembali menatap matanya yang masih sembab.
Apa jangan-jangan hanya dia seorang yang mengetahuinya, dia belum memberitahu siapapun dan berencana membunuh saya terlebih dahulu.
Apa kamu bilang.
Baru saja kalimat terucap dari mulut saya saat suara ponsel di dalam jaket mengejutkan kami berdua.
