15 - Phinoccio

80 8 2
                                    

      Hari itu Anwar masih saja belum bangun, dia sudah demam kurang lebih selama tiga hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      Hari itu Anwar masih saja belum bangun, dia sudah demam kurang lebih selama tiga hari.

     Dia terus saja bergumam, "ayah,ayah" setiap kali dia sadar.

     Kalau terus saja seperti ini bisa-bisa dia ada dalam masalah yang besar.

      Aku sangat bingung apalagi melihat keadaan Reyhan yang sangat parah, karena kakinya itu Reyhan bahkan tidak sanggup untuk bergerak lagi.

      Aku hanya berharap sesorang akan menemui kami, iyah siapapun itu termasuk si penculik nya sekali pun.

     Namun ternyata dia benar-benar datang, hari itu dia datang dan menghampiriku.

      Dia menjatuhkan makanan dan sebuah pena, aku mengerutkan dahi ku tidak tau harus melakukan apa.

     Setelah kulihat lagi itu bukanlah sebuah pena bisa, itu adalah sebuah rekaman.

      Rekaman yang terdengar dimana Brian dan juga Dino saling berbicara.

      Semua rencana mereka kedepannya, dan yang paling mengerikan adalah dia mengetahui hal itu.

      Orang macam apa yang aku hadapi, dia teramat sangat pintar untuk ku hadapi.

       Aku sangat marah sehingga benar-benar berdiri dan menghampirinya.

      Aku tidak bisa melihat wajahnya, namun aku tahu di balik topeng itu dia menampilkan senyum meremeh.

      Takkk

     "Brengsek," teriak ku kearahnya.

     Hampir saja topeng itu tersingkir dari wajahnya bersamaan dengan tangan ku yang memukul arah pipinya.

      Dia sedikit menghindariku, aku yang masih marah dengan cepat ingin memukulnya kembali.

       Namun tiba-tiba tanganku terasa sangat kebas dan sakit, aku pun segera menangkupnya dan menyadari apa yang terjadi.

      Dia melukai tanganku dengan pisaunya, sialnya lagi dia melarikan diri dengan kesempatan itu.

      Aku sempat mengumpat "sial" dan mungkin itu terdengar oleh Reyhan yang menatapku dengan tatapan yang berbeda.

      Aku kembali dengan sedikit malu menghampiri Reyhan dan Anwar, duduk diantara keduanya dan menarik napas beberapa kali.

      Tanpa kusangka Reyhan dengan cepat menyobek seragamnya yang terlihat sudah sangat kusut.

      Robekan yang cukup besar di ujung serangam nya, dengan bodohnya anak itu membalut luka ku.

      Pada akhirnya aku hanya meminta maaf karena kebodohan ku, sama seperti seorang pengecut.

MISSINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang